Haluannews Ekonomi – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan pelemahan di awal perdagangan Rabu (16/4/2025), menyentuh angka Rp 16.825/US$. Pelemahan sebesar 0,09% ini melanjutkan tren negatif yang terjadi pada perdagangan Selasa (15/4/2025) di mana rupiah terdepresiasi 0,23% ke level Rp 16.810/US$. Hal ini memicu kekhawatiran di pasar keuangan domestik.

Related Post
Pergerakan rupiah hari ini tak lepas dari sentimen global, khususnya perkembangan ekonomi China. Data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I-2025 yang akan dirilis hari ini menjadi sorotan utama. Hasil jajak pendapat Reuters menunjukkan prediksi pertumbuhan ekonomi China yang melambat, yakni 5,1% (yoy), turun dari 5,4% pada kuartal sebelumnya. Lebih mengkhawatirkan lagi, proyeksi pertumbuhan ekonomi China sepanjang tahun 2025 diperkirakan hanya mencapai 4,5%, jauh di bawah target resmi sekitar 5%.

Pelemahan ekonomi China berpotensi memberikan dampak negatif bagi Indonesia. Sebagai salah satu mitra dagang utama, penurunan ekspor ke Negeri Tirai Bambu dapat menekan neraca perdagangan Indonesia dan berimbas pada pelemahan rupiah. Situasi ini diperparah dengan peningkatan tarif barang-barang China oleh Presiden AS Donald Trump yang semakin menekan perekonomian China.
Sementara itu, indeks dolar AS juga menunjukkan penguatan, ditutup pada posisi 100,215, meningkat dibandingkan hari sebelumnya. Kondisi ini semakin memperberat tekanan terhadap rupiah. Para pelaku pasar saat ini masih dalam posisi wait and see, menunggu kepastian data ekonomi China untuk menentukan langkah selanjutnya. Ketidakpastian ini jelas menjadi sentimen negatif yang menekan nilai tukar rupiah.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar