Haluannews Ekonomi – Membayangkan masa pensiun yang nyaman dan sejahtera adalah dambaan setiap orang. Namun, mencapai kemapanan finansial di usia senja membutuhkan strategi investasi yang tepat. Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway dan salah satu investor ternama dunia, memberikan pandangannya tentang kunci sukses meraih pensiun emas. Berbeda dengan anggapan umum bahwa pensiun adalah waktu untuk bersantai hingga akhir hayat, Buffett justru menyarankan agar masa pensiun dipandang sebagai babak baru kehidupan, bukan periode untuk "mati suri".

Related Post
Haluannews.id melansir Go Banking Rates, Buffett menekankan pentingnya memiliki tujuan yang jelas selama masa pensiun. Tanpa tujuan, risiko kesehatan dan penurunan kualitas hidup bahkan kematian dini akan mengintai. Pengalaman Buffett sendiri membuktikan hal ini. Di usia 92 tahun, ia masih memimpin Berkshire Hathaway, meskipun dikenal dengan gaya hidup yang kurang sehat, seperti menggemari cheeseburger, es krim, dan Coca-Cola.

Keamanan finansial menjadi poin penting lainnya. Buffett mengingatkan pentingnya memprioritaskan kesejahteraan finansial pribadi sebelum membantu keluarga. Memberikan bantuan keuangan berlebihan kepada keluarga dapat menguras dana pensiun dan menimbulkan masalah keuangan yang sulit dipulihkan. Ini bukan sikap egois, melainkan langkah praktis. Ia menyarankan agar sebagian besar dana pensiun digunakan untuk diri sendiri, dan baru memikirkan warisan menjelang akhir hayat. Jumlah warisan ideal, menurut Buffett dalam buku "Tap Dancing to Work", adalah "cukup banyak agar mereka bisa melakukan apa pun, tetapi tidak terlalu banyak sehingga mereka tidak melakukan apa pun."
Dalam hal strategi investasi, Buffett menganjurkan pendekatan sederhana: berinvestasi di dana indeks S&P 500. Ia menganggap banyak orang memperumit investasi, padahal strategi sederhana ini adalah pilihan terbaik. Dengan masa pensiun yang bisa mencapai 30 tahun atau lebih, alokasi dana di saham tetap relevan. Mencoba mengalahkan pasar, menurutnya, hampir mustahil, terutama setelah memperhitungkan biaya manajemen. Oleh karena itu, Buffett menyarankan alokasi 90% portofolio investasinya di dana indeks S&P 500, bahkan setelah kematiannya, sebagai cara efisien menghindari biaya berlebihan yang mengurangi hasil investasi.
Hubungan Buffett dengan para penasihat keuangan juga menarik. Beberapa mengkritik kesederhanaan saran investasinya, menganggap alokasi 90% di S&P 500 terlalu besar bagi pensiunan. Namun, Buffett berpendapat para penasihat memiliki insentif untuk memperumit investasi agar menghasilkan lebih banyak uang. Ia bahkan berseloroh, "Anda bisa menggunakan monyet yang melempar dart ke halaman [pasar saham], dan setelah menghilangkan biaya manajemen, saya akan bertaruh pada monyet-monyet itu dibanding penasihat keuangan."
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar