Haluannews Ekonomi – Aktivitas manufaktur Indonesia mengalami kontraksi tajam pada April 2025. Data terbaru dari S&P Global menunjukkan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur anjlok ke level 46,7, merupakan titik terendah sejak pandemi Covid-19 varian Delta melanda pada Agustus 2021. Penurunan ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku industri dan analis ekonomi.

Related Post
Data tersebut menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya, mengindikasikan perlambatan yang cukup drastis dalam sektor manufaktur. Beberapa faktor diperkirakan menjadi penyebab utama penurunan ini, diantaranya pelemahan permintaan domestik dan global, kenaikan harga bahan baku, serta ketidakpastian ekonomi global.

Anjloknya PMI Manufaktur ke level di bawah 50 menunjukkan sektor manufaktur berada dalam fase kontraksi. Kondisi ini tentu menjadi sinyal peringatan bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah strategis guna mendorong pertumbuhan sektor riil, khususnya industri manufaktur. Langkah-langkah tersebut bisa berupa stimulus fiskal, deregulasi, maupun peningkatan daya saing produk dalam negeri.
Para pelaku usaha di sektor manufaktur pun dihadapkan pada tantangan yang cukup berat. Mereka perlu melakukan efisiensi biaya produksi, inovasi produk, dan strategi pemasaran yang tepat untuk menghadapi situasi ini. Kemampuan beradaptasi dan daya tahan menjadi kunci keberlangsungan usaha di tengah perlambatan ekonomi.
Haluannews.id telah menghubungi beberapa ekonom untuk meminta tanggapan terkait penurunan PMI Manufaktur ini. Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi yang diterima. Lebih lanjut, Haluannews.id akan terus memantau perkembangan situasi dan memberikan update informasi terbaru terkait perkembangan ekonomi Indonesia.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar