Haluannews Ekonomi – Harga emas memang sedang berada di puncaknya, menarik minat banyak investor yang mencari aset aman di tengah ketidakpastian pasar. Namun, tahukah Anda bahwa ada alternatif investasi lain yang juga menawarkan keuntungan dan keamanan? Haluannews.id mengulasnya untuk Anda.

Related Post
Emas, sebagai safe haven, memang menjadi primadona. Kenaikannya yang lebih dari 18% di kuartal ini, mencapai angka US$3.128,06 per ons – tertinggi sejak September 1986 – membuat logam mulia ini semakin dilirik. Lonjakan harga emas juga berimbas positif pada perak, paladium, dan platinum. Lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs, Bank of America (BofA), dan UBS bahkan kompak menaikkan proyeksi harga emas. Goldman Sachs misalnya, memprediksi harga emas akan mencapai US$3.300 per ons pada akhir tahun ini.

Namun, Goldman Sachs justru melihat potensi investasi lain yang lebih menjanjikan: Yen Jepang. Mereka memproyeksikan penguatan Yen hingga level 140 per dolar AS tahun ini, sebuah potensi kenaikan sekitar 7% dari posisi saat ini. Proyeksi ini jauh lebih optimis dibandingkan konsensus pasar dan mencerminkan meningkatnya minat investor terhadap mata uang Jepang tersebut.
Menurut Kamakshya Trivedi, kepala strategi global di Goldman Sachs, Yen menjadi lindung nilai yang efektif saat suku bunga riil dan saham AS turun bersamaan. Ia menilai Yen lebih menarik sebagai antisipasi perlambatan ekonomi AS. Hal ini diperkuat oleh kekhawatiran akan dampak kebijakan tarif yang berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi AS, seperti yang diungkapkan oleh Morgan Stanley dan beberapa mantan pejabat The Fed.
Di sisi lain, Bank of Japan (BoJ) bersiap mengetatkan kebijakan moneternya, dengan kemungkinan kenaikan suku bunga pada Juni atau Juli. Namun, rilis panduan inflasi terbaru membuat beberapa ekonom mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih cepat.
Goldman Sachs juga merevisi proyeksi kebijakan suku bunga The Fed, dari dua kali menjadi tiga kali pemangkasan tahun ini, karena kekhawatiran akan dampak kebijakan tarif terhadap ekonomi AS. Mereka bahkan memangkas target indeks S&P 500.
Meskipun Yen memiliki risiko, seperti pelemahan dalam empat tahun terakhir akibat perbedaan suku bunga dengan AS, posisi jual Yen oleh hedge fund mulai menyusut tahun ini. Rencana BoJ mengurangi pembelian obligasi jangka panjang di kuartal berikutnya juga diperkirakan akan memperlemah pasangan dolar-Yen. Data ketenagakerjaan AS, khususnya angka lowongan kerja, akan menjadi faktor kunci bagi pergerakan dolar dan Yen ke depannya.
Kesimpulannya, emas tetap menjadi pilihan investasi aman, namun Yen Jepang menawarkan alternatif yang menarik di tengah ketidakpastian ekonomi global. Investor perlu mempertimbangkan diversifikasi portofolio untuk meminimalisir risiko dan memaksimalkan keuntungan.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar