Haluannews Ekonomi – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Senin (2/12/2024) dengan performa positif, menguat 0,46% ke level 7.147,12. Kenaikan ini terjadi menjelang rilis data inflasi dan aktivitas manufaktur Indonesia bulan November 2024. Namun, lima menit kemudian, penguatan tersebut sedikit terkikis menjadi 0,24% di angka 7.131,31. Nilai transaksi awal sesi I telah mencapai Rp 682 miliar dengan volume 1,7 miliar lembar saham dan 88.992 kali transaksi.

Related Post
Pergerakan IHSG hari ini akan sangat dipengaruhi oleh publikasi data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur. Prediksi pasar, berdasarkan konsensus 11 institusi yang dihimpun Haluannews.id, memperkirakan inflasi bulan November akan naik 0,25% (mtm) dan 1,49% (yoy). Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan Oktober yang mencatat 0,08% (mtm) dan 1,71% (yoy). Jika prediksi ini terbukti, maka ini akan menjadi inflasi dua bulan berturut-turut setelah lima bulan sebelumnya mengalami deflasi. Inflasi inti diproyeksikan mencapai 2,2% (yoy), hampir stagnan dengan bulan Oktober (2,21%). Kenaikan harga BBM non-subsidi sejak 1 November 2024 dan beberapa komoditas pangan, seperti bawang, menjadi faktor pendorong inflasi.

Sayangnya, kabar kurang baik datang dari sektor manufaktur. Data PMI manufaktur Indonesia yang dirilis S&P Global menunjukkan angka 49,6 pada November 2024, sedikit lebih baik dari Oktober (49,2), namun tetap berada di zona kontraksi. Ini menandai kontraksi lima bulan berturut-turut sejak Juli 2024, sebuah kondisi yang terakhir kali terjadi pada awal pandemi Covid-19. Kontraksi ini tentu menjadi catatan kurang baik bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. S&P Global menjelaskan penurunan ini disebabkan oleh melemahnya pesanan baru dan penurunan jumlah tenaga kerja. Meski demikian, ada sedikit harapan dengan peningkatan produksi dan persediaan barang, serta peningkatan kepercayaan terhadap prospek ekonomi.
Meskipun adanya data PMI yang kurang menggembirakan, pasar tetap optimistis IHSG akan lebih stabil di Desember 2024. Harapan akan fenomena window dressing dan kembalinya minat investor asing menjadi pendorong optimisme tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong kembali pergerakan saham-saham di Indonesia.
(Tim Redaksi)
Tinggalkan komentar