Haluannews Ekonomi – Posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia mengalami penurunan pada Februari 2025, dari US$ 427,9 miliar menjadi US$ 427,2 miliar. Penurunan ini, menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso, disebabkan oleh penurunan ULN baik di sektor pemerintah maupun swasta. Faktor penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah, juga turut berpengaruh.

Related Post
ULN pemerintah turun dari US$ 204,8 miliar menjadi US$ 204,7 miliar. Penurunan ini dipicu oleh perpindahan investasi asing dari Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen investasi lain, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Dana ULN pemerintah yang tersisa dialokasikan mayoritas untuk sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (22,6%), Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (17,8%), dan sektor lainnya. Denny menekankan bahwa ULN pemerintah tetap terkendali karena hampir seluruhnya (99,9%) memiliki tenor jangka panjang.

Sementara itu, ULN swasta mengalami penurunan dari US$ 194,77 miliar menjadi US$ 194,81 miliar. Penurunan ini terjadi baik di sektor lembaga keuangan (kontraksi 2,2% yoy) maupun non-lembaga keuangan (kontraksi 1,5% yoy). Sektor Industri Pengolahan, Jasa Keuangan dan Asuransi, serta Pertambangan dan Penggalian menjadi penyumbang ULN swasta terbesar (79,6% dari total). Sebagian besar ULN swasta (76,5%) juga berjangka panjang.
Secara keseluruhan, rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia turun menjadi 30,2% pada Februari 2025 dari 30,3% pada Januari 2025. Dominasi ULN jangka panjang mencapai 84,7% dari total ULN. Penurunan ini menunjukkan pengelolaan utang luar negeri yang relatif terkendali.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar