Haluannews Ekonomi – Peresmian layanan bank emas atau bullion bank oleh Presiden Prabowo Subianto pada Rabu (26/2/2025) disambut antusias. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan izin kepada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dan Pegadaian untuk mengelola bisnis ini. Langkah ini diharapkan mampu memangkas ketergantungan Indonesia pada impor emas batangan.

Related Post
Thendra Chrisnanda, Director Investor Relations PT Hartadinata Abadi (HRTA), menyatakan optimismenya. HRTA, sebagai pemain di sektor midstream, mampu memproduksi 48 ton emas per tahun dan siap berkontribusi pada ekosistem bullion bank di Indonesia. Potensi pasarnya memang besar, mengingat Indonesia merupakan penghasil emas terbesar ke-7 dunia dengan produksi mencapai 130 ton per tahun. Ironisnya, Indonesia masih mengekspor emas dore (mentah) senilai USD 5 miliar dan sekaligus mengimpor emas batangan (bullion) senilai USD 2 miliar per tahun.

Namun, jalan menuju suksesnya bullion bank di Indonesia masih terbentang panjang. Tantangan utamanya adalah memastikan target pengembangan bisnis dapat terlaksana secara efektif. Perbaikan ekosistem industri emas menjadi kunci keberhasilannya. Pertanyaan besarnya adalah, mampukah bank emas ini benar-benar mengurangi impor emas dan meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional? Untuk melihat lebih detail prospek dan tantangan pengembangan bank emas RI, saksikan wawancara Bramudya Prabowo dengan Thendra Chrisnanda di Squawk Box, Haluannews.id (Rabu, 19/03/2025).
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar