Rahasia Kekaisaran Debt Collector Indonesia: Kisah 3 Raja Takhta Utang!

Rahasia Kekaisaran Debt Collector Indonesia: Kisah 3 Raja Takhta Utang!

Haluannews Ekonomi – Dunia penagihan utang di Indonesia menyimpan kisah menarik tiga figur yang melegenda: John Kei, Hercules, dan Basri Sangaji. Ketiganya bukan sekadar debt collector biasa, melainkan figur yang membentuk lanskap bisnis penagihan utang di Tanah Air. Bagaimana mereka membangun imperiumnya?

COLLABMEDIANET

Profesi debt collector, baik legal maupun ilegal, telah lama menjadi bagian dari kehidupan ekonomi Indonesia. Nama-nama seperti John Kei, Hercules, dan Basri Sangaji seringkali muncul dalam pemberitaan, bukan karena prestasi positif, melainkan karena kontroversi dan cara-cara kekerasan yang mereka terapkan dalam menagih utang.

Rahasia Kekaisaran Debt Collector Indonesia: Kisah 3 Raja Takhta Utang!
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Ketiganya tiba di Jakarta pada era yang berbeda. John Kei, pada 1992, datang sebagai pelarian dari ancaman hukum di Maluku dan Surabaya. Basri Sangaji datang untuk mencari peruntungan, sementara Hercules, mantan anggota Tenaga Bantuan Operasi (TBO) Kopassus di Timor Timur, tiba di Jakarta bersama tentara.

Hercules, figur preman terkenal di era Orde Baru, seringkali membawa senjata tajam. Awalnya, mereka beroperasi secara individual, namun seiring waktu membentuk kelompok yang beranggotakan orang-orang dari kampung halaman mereka. Kelompok John Kei dan Basri Sangaji umumnya terdiri dari orang Ambon, sementara kelompok Hercules didominasi oleh orang Timor.

Ketiganya menjadi figur kharismatik bagi para pendatang, menarik banyak orang untuk mengikuti jejak mereka. Kelompok-kelompok ini sering terlibat konflik dan kekerasan di Jakarta pada 1990-an, menorehkan sejarah kelam. Mulai dari premanisme, bisnis mereka bergeser ke penagihan utang dan jual beli tanah sejak tahun 1990-an, memanfaatkan kekosongan hukum dan situasi sosial ekonomi saat itu.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 memperparah keadaan, memicu kredit macet di banyak bank. Hal ini membuka peluang besar bagi kelompok-kelompok debt collector untuk beroperasi. Selain penagihan utang, mereka juga terlibat dalam pengamanan lahan di Jakarta yang saat itu masih semrawut.

Kepopuleran dan kekuasaan mereka menarik perhatian perusahaan-perusahaan besar yang kemudian menggunakan jasa mereka. Hal ini semakin memperkuat posisi mereka sebagai "Raja" debt collector di Indonesia. Ketiga figur ini bahkan mampu menciptakan jaringan bisnis yang luas, meskipun sebagian besar beroperasi di luar jalur formal.

Persaingan antar kelompok pun tak terhindarkan. Perkelahian dan bentrokan antara kelompok Hercules dan Basri Sangaji, termasuk keterlibatan Hercules dalam kasus pembunuhan Basri, menjadi bukti nyata persaingan tersebut. John Kei pun pernah terlibat dalam kasus pembunuhan.

Meskipun para "Raja" debt collector ini kini sebagian besar telah mendekam di penjara atau menjalani kehidupan yang berbeda, warisan mereka masih terasa hingga kini. Perseteruan antar kelompok dan stigma negatif yang melekat pada debt collector yang identik dengan orang Indonesia Timur, merupakan warisan yang sulit dihapuskan. John Kei saat ini kembali mendekam di penjara, sementara Hercules dikabarkan telah bertaubat dan beralih profesi.

Editor: Rohman

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar