Haluannews Ekonomi – Demam investasi emas tengah melanda seiring ketidakpastian ekonomi global. Kemudahan akses lewat emas digital semakin menambah daya tariknya. Namun, sebelum terjun, investor perlu waspada. Haluannews.id merangkum empat poin krusial yang sering terlewatkan.
Related Post
Pertama, emas bukan instrumen penghasil pendapatan pasif. Berbeda dengan deposito, obligasi, atau saham yang memberikan bunga, kupon, atau dividen, emas hanya menawarkan capital gain—keuntungan dari kenaikan harga. Jangan berharap cuan instan dari emas.
Kedua, investasi emas bukan untuk jangka pendek. Target cuan dalam dua tahun bisa berujung kerugian karena selisih harga beli dan buyback, terutama emas Antam. Keuntungan optimal baru terlihat dalam jangka panjang.
Ketiga, harga emas sensitif terhadap kondisi ekonomi global. Saat perekonomian stabil dan sentimen positif mendominasi, investor cenderung beralih ke aset berisiko tinggi seperti saham. Hal ini dapat menyebabkan perlambatan, bahkan penurunan harga emas, berimbas pada nilai buyback.
Terakhir, risiko kehilangan emas fisik cukup tinggi. Meski emas digital menawarkan solusi, banyak yang masih memilih emas batangan. Menyimpannya di tempat aman, bahkan safe deposit box, tak menjamin 100% terhindar dari pencurian. Diversifikasi portofolio investasi sangat penting untuk meminimalisir risiko.
Kesimpulannya, investasi emas menjanjikan, tetapi bukan tanpa risiko. Pahami seluk-beluknya sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Lakukan riset mendalam dan diversifikasi portofolio untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir kerugian.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar