Haluannews Ekonomi – Ketidakpastian ekonomi global dan domestik, terutama imbas dari situasi politik AS, mendorong pergerakan dana signifikan di Indonesia. Para investor, termasuk kalangan high net worth individual (HNWI), berlomba mencari safe haven untuk melindungi aset mereka. Hasilnya? Obligasi pemerintah dan emas menjadi primadona.

Related Post
Hal ini terungkap dari data beberapa bank besar di Indonesia. Henny Eugenia, GM Divisi Wealth Management Bank Negara Indonesia (BNI), mengungkapkan penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) mencapai Rp 3 triliun dan Sukuk Tabungan (ST) lebih dari Rp 1,5 triliun. Minat terhadap reksadana cenderung lesu, hanya kalangan yang sangat memahami trading saham yang masih bertahan. "Namun, umumnya, investasi konservatif seperti obligasi menjadi pilihan utama. Bahkan orang kaya pun kini mengejar return yang pasti," jelas Henny. Pertumbuhan produk obligasi di wealth management BNI sendiri mencapai 26%, menjadi kontributor utama pertumbuhan AUM sebesar 18% secara tahunan (yoy). Lebih lanjut, pertumbuhan dana tabungan nasabah premium BNI juga signifikan, mencapai 16% yoy, dengan peningkatan jumlah nasabah Emerald dan Private sebesar 10% yoy.

Sementara itu, Bank Syariah Indonesia (BSI) mencatat tren serupa, namun dengan fokus pada emas. Plt. Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, menyebutkan saldo emas BSI tumbuh 40% secara year to date (ytd), atau naik 177,32 kg hingga 31 April 2025. Penjualan emas pun meningkat 25% yoy. Meskipun data perpindahan investasi dari saham ke emas belum terlacak secara pasti, Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna, mengakui peningkatan signifikan minat beli emas, terutama setelah koreksi IHSG. Vice President Digital Strategy and Development BSI, Riko Wardhana, mengamini hal ini, dengan penjualan emas BSI melonjak dari rata-rata 30 kg per bulan menjadi 125 kg per bulan pada April 2025.
Kesimpulannya, ketidakpastian ekonomi global mendorong pergeseran portofolio investasi di Indonesia. Obligasi pemerintah dan emas menjadi pilihan aman bagi investor, termasuk kalangan berduit, untuk menghadapi gejolak pasar.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar