Haluannews Ekonomi – Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arsal, memberikan penjelasan terkait penurunan laba bersih perusahaan yang signifikan pada kuartal I 2025 (Q1-2025). Laba bersih PTBA anjlok hingga 50,5% menjadi Rp 391,48 miliar, jauh di bawah capaian Q1-2024 yang mencapai Rp 790,94 miliar. Arsal menuding penurunan harga batu bara global sebagai biang keladi. "Harga jual internasional yang turun, dan itu di luar kendali perusahaan," tegasnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (5/5/2025).
Related Post
Meskipun laba bersih merosot tajam, Arsal memastikan kondisi keuangan PTBA tetap sehat. Ia bahkan menekankan bahwa penurunan ini tidak akan mengganggu kinerja perusahaan secara keseluruhan. "Keuangan PTBA sehat, masih sehat Insya Allah," tambahnya meyakinkan.
Lebih lanjut, Arsal mengaitkan penurunan permintaan dan harga batu bara dengan perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi China. "Perang tarif yang berkepanjangan menghambat pertumbuhan ekonomi China, sehingga permintaan batu bara menurun. Akibatnya, harga pun ikut turun karena pasokan lebih banyak dari permintaan," jelasnya.
Meskipun laba bersih tertekan, PTBA mencatatkan pendapatan Q1-2025 sebesar Rp 9,96 triliun dan EBITDA Rp 1,05 triliun. Yang menarik, total aset perusahaan per 31 Maret 2025 justru tumbuh 10% secara tahunan menjadi Rp 42,26 triliun. Kinerja operasional juga menunjukkan peningkatan, dengan penjualan ekspor mencapai 5,09 juta ton (naik 34% YoY) dan penjualan domestik 5,19 juta ton. Total penjualan mencapai 10,28 juta ton, tumbuh 7% secara tahunan. Angkutan batu bara juga meningkat 12% YoY menjadi 9,41 juta ton pada periode Januari-Maret 2025.
PTBA sendiri menargetkan produksi batu bara sebesar 50,05 juta ton, penjualan 50,09 juta ton, dan angkutan 43,25 juta ton pada tahun 2025. Pertanyaannya, mampukah PTBA mencapai target tersebut di tengah tantangan harga batu bara global yang fluktuatif?
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar