Haluannews Ekonomi – PT Astra International Tbk (ASII) melaporkan penurunan laba bersih konsolidasian grup pada kuartal I-2025. Meskipun pendapatan bersih mencapai Rp 83,4 triliun, meningkat 3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih justru tergerus. Haluannews.id mencatat, laba bersih Grup Astra, tanpa penyesuaian nilai wajar investasi di GoTo dan Hermina, mencapai Rp 7,4 triliun, turun 9% year-on-year (yoy). Namun, jika penyesuaian nilai wajar tersebut diperhitungkan, laba bersih Grup anjlok 7% menjadi Rp 6,9 triliun.

Related Post
Presiden Direktur ASII, Djony Bunarto Tjondro, menjelaskan penurunan kinerja ini terutama disebabkan oleh pelemahan kinerja bisnis pertambangan batu bara akibat penurunan harga komoditas tersebut dan dampak cuaca buruk terhadap jasa penambangan. "Laba bersih Grup pada kuartal pertama 2025 lebih rendah, terutama mencerminkan kondisi ekonomi yang masih lemah dan harga batu bara yang mengalami penurunan dari level tertinggi sebelumnya," ungkap Djony dalam keterangan resmi.

Meskipun sektor otomotif mengalami penurunan penjualan mobil (turun 5% menjadi 205.000 unit secara nasional), pangsa pasar Astra tetap tangguh di angka 54%. Penjualan sepeda motor juga mengalami penurunan 3% menjadi 1,7 juta unit, namun pangsa pasar Astra tetap kokoh di angka 77%. Penurunan kinerja otomotif sebagian terimbangi oleh peningkatan kinerja bisnis sepeda motor dan kontribusi yang lebih tinggi dari sektor jasa keuangan, infrastruktur, dan agribisnis.
Beberapa divisi menunjukan kinerja positif. Laba bersih divisi jasa keuangan meningkat 3% menjadi Rp 2,1 triliun, didorong peningkatan pembiayaan konsumen. Divisi agribisnis juga mencatat peningkatan laba bersih 20% menjadi Rp 221 miliar, berkat kenaikan harga minyak kelapa sawit. Divisi infrastruktur mencatatkan peningkatan laba bersih 54% menjadi Rp 260 miliar, didorong peningkatan volume lalu lintas jalan tol.
Namun, divisi alat berat, pertambangan, konstruksi & energi mengalami penurunan laba bersih 30% menjadi Rp 2 triliun. Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan penjualan batu bara akibat harga yang lebih rendah dan curah hujan tinggi yang mengganggu operasional penambangan.
Secara keseluruhan, Djony optimistis. "Walaupun terdapat penurunan pada bisnis otomotif dan bisnis terkait batu bara, penurunan tersebut sebagian diimbangi oleh kinerja yang solid dari bisnis lainnya. Hal ini menunjukkan resiliensi portofolio Astra yang terdiversifikasi," tegasnya. Astra tetap fokus menjaga disiplin keuangan dan operasional, memanfaatkan neraca keuangan yang kuat untuk menangkap peluang pertumbuhan jangka panjang. Nilai aset bersih per saham pada 31 Maret 2025 tercatat Rp 5.468, meningkat 4% dibandingkan akhir Desember 2024.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar