Haluannews Ekonomi – Data terbaru menunjukkan inflasi inti Jepang melesat 3,2% pada Maret 2025, naik dari 3,0% di bulan sebelumnya. Angka ini, yang dirilis pemerintah Jepang dan dikutip Haluannews.id dari Trading Economics, sesuai dengan prediksi pasar. Kenaikan ini terjadi meskipun inflasi keseluruhan sedikit menurun menjadi 3,6% dari 3,7% di Februari 2025, angka terendah sejak November lalu.

Related Post
Inflasi inti Jepang, yang tidak memasukkan harga makanan segar dan energi, telah berada di atas target Bank of Japan (BOJ) sebesar 2% selama hampir tiga tahun. Pendorong utamanya adalah harga pangan yang tetap tinggi dan kenaikan upah. Meskipun demikian, BOJ diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 0,5% dan merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi pada pertemuan minggu depan. Analisis ini menunjukkan sikap wait-and-see dari otoritas moneter Jepang.

Rincian data menunjukkan perlambatan kenaikan harga pangan (7,4% vs 7,6% di Februari), listrik (8,7% vs 9,0%), dan gas (2,4% vs 3,4%), yang dipengaruhi oleh subsidi energi pemerintah. Inflasi juga sedikit mereda untuk sektor rekreasi dan pendidikan. Namun, beberapa sektor lain menunjukkan peningkatan inflasi, termasuk pakaian, perawatan kesehatan, transportasi, furnitur, dan komunikasi. Kenaikan harga perumahan dan barang-barang lainnya relatif stabil.
Ketidakpastian ekonomi global, terutama dampak kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS), menambah kompleksitas bagi perekonomian Jepang yang sangat bergantung pada ekspor. Meskipun antisipasi kenaikan suku bunga lebih lanjut di akhir tahun, situasi saat ini menimbulkan pertanyaan besar: akankah BOJ tetap mempertahankan kebijakan moneter longgarnya di tengah tekanan inflasi yang berkelanjutan? Pertanyaan ini akan menjadi fokus perhatian pasar menjelang pengumuman kebijakan moneter BOJ.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar