Haluannews Ekonomi – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI membukukan kinerja positif di seluruh lini bisnisnya pada kuartal I-2025. Laba bersih konsolidasian BRI mencapai angka fantastis, yakni Rp 13,80 triliun. Prestasi ini diraih di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat tensi geopolitik dan perang tarif.

Related Post
Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, mengakui adanya ketidakpastian ekonomi global yang berdampak pada aktivitas perdagangan internasional dan rantai pasok. Namun, ia menekankan bahwa dampaknya terhadap Indonesia, khususnya BRI, relatif terbatas karena perekonomian Indonesia sangat bergantung pada konsumsi domestik. Meskipun konsumsi domestik belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi, BRI tetap optimistis.

"Perlu dicatat bahwa ekonomi Indonesia, termasuk bisnis BRI, lebih banyak bergantung pada konsumsi domestik. Sehingga selain dari depresiasi mata uang yang sudah terjadi, perang tarif diproyeksikan tidak berdampak signifikan," ujar Hery dalam keterangan resmi.
BRI tetap fokus pada pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional. Strategi ini terbukti efektif, ditunjukkan dengan penyaluran kredit yang selektif dan berkualitas di semua segmen, dengan UMKM tetap menjadi fokus utama. Total aset BRI mencapai Rp 2.098,23 triliun, tumbuh 5,49% year on year (yoy).
Hery menambahkan bahwa BRI memiliki fondasi yang kuat untuk menghadapi tantangan dan peluang ke depan. Jaringan luas yang mencakup lebih dari 6.000 unit kerja dan lebih dari 36.600 tenaga pemasar, serta basis nasabah yang besar (lebih dari 221 juta rekening simpanan dan 211 ribu user QLola di segmen korporasi), menjadi kekuatan strategis BRI.
Transformasi BRI menuju universal banking menjadi kunci keberhasilan. BRI tidak hanya ingin menjadi bank terbaik di segmen UMKM, tetapi juga melayani seluruh spektrum kebutuhan nasabah, dari individu hingga korporasi besar.
Dari sisi penyaluran kredit, Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya melaporkan penyaluran kredit sebesar Rp 1.373,66 triliun (tumbuh 4,97% yoy), dengan 81,97% dialokasikan untuk UMKM (Rp 1.126,02 triliun). Inisiatif peningkatan literasi dan inklusi keuangan melalui AgenBRILink juga berkontribusi signifikan, dengan jumlah agen mencapai 1,2 juta (pertumbuhan 49,48% yoy) dan volume transaksi Rp 423 triliun di kuartal I 2025.
Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom, menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit BRI diiringi perbaikan kualitas kredit. Rasio Non-Performing Loan (NPL) membaik dari 3,11% menjadi 2,97%, dan Rasio Loan at Risk (LAR) turun dari 12,68% menjadi 11,12%. Rasio NPL Coverage yang mencapai 200,60% menunjukkan kesiapan BRI dalam menghadapi potensi pemburukan kualitas aset.
Direktur Network & Retail Funding BRI, Aquarius Rudianto, memaparkan bahwa BRI berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 1.421,60 triliun, dengan Dana Murah (CASA) mendominasi (65,77% atau Rp 934,95 triliun). Pertumbuhan pengguna super app BRImo juga signifikan, mencapai 40,28 juta user (meningkat 20,26% yoy) dengan 1,2 miliar transaksi finansial (naik 25,5% yoy) senilai Rp 1.599 triliun (meningkat 27,79% yoy).
Direktur Finance & Strategy BRI, Viviana Dyah Ayu, menyatakan bahwa BRI memiliki likuiditas dan permodalan yang kuat, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 86,03% dan Capital Adequacy Ratio (CAR) 24,03%, jauh di atas ketentuan minimal.
Dengan kinerja positif ini, BRI optimistis dapat mempertahankan pertumbuhan keuangan yang berkelanjutan dengan tetap menerapkan prinsip prudential banking dan risk management yang baik.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar