Batu Bara di Ujung Tanduk: Kiamat Energi Kotor Segera Tiba?

Batu Bara di Ujung Tanduk: Kiamat Energi Kotor Segera Tiba?

Haluannews Ekonomi – Industri batu bara global tengah menghadapi ancaman serius. Laporan terbaru menunjukkan kapasitas produksi batu bara baru mencapai titik terendah dalam dua dekade terakhir, memicu spekulasi akan berakhirnya era dominasi energi kotor ini. Data dari Global Energy Monitor mengungkapkan hanya 44 gigawatt (GW) kapasitas pembangkit listrik batu bara baru yang dibangun secara global tahun lalu, angka terendah sejak 2004.

COLLABMEDIANET

Christine Shearer dari Global Energy Monitor, penulis laporan tersebut, menyatakan bahwa tahun lalu menjadi penanda pergeseran menuju transisi energi bersih. Meskipun demikian, laporan tersebut juga mencatat bahwa kapasitas baru masih melebihi penutupan pembangkit batu bara yang ada, sehingga mengakibatkan peningkatan bersih armada batu bara global. Dominasi penggunaan batu bara masih terlihat di China dan India, dengan China memulai pembangunan sejumlah besar pembangkit baru dan India mengajukan proposal proyek baru di tahun 2024. Shearer menekankan perlunya upaya lebih besar untuk menghapuskan energi batu bara sesuai dengan perjanjian iklim Paris, terutama di negara-negara maju.

Batu Bara di Ujung Tanduk: Kiamat Energi Kotor Segera Tiba?
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi permintaan global batu bara akan mencapai puncaknya antara tahun 2024 hingga 2027. Penurunan konsumsi di negara-negara maju sebagian besar diimbangi oleh peningkatan di negara-negara berkembang. China, sebagai konsumen batu bara terbesar dunia, memegang peran kunci dalam tren global. Meskipun pembangunan pembangkit batu bara di China mencapai rekor tertinggi tahun lalu, izin baru mengalami penurunan signifikan dibandingkan dua tahun sebelumnya.

Laporan tersebut juga menyoroti penurunan proposal proyek batu bara baru di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan berbagai kesepakatan dan komitmen dari Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara. Pergeseran ini menunjukkan potensi berakhirnya era batu bara sebagai penggerak utama ekonomi di kawasan tersebut. Namun, tantangan masih ada, mengingat peran penting batu bara dalam perekonomian beberapa negara berkembang. Pertanyaannya kini, seberapa cepat transisi energi bersih dapat terwujud dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian negara-negara yang masih bergantung pada batu bara?

Editor: Rohman

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar