Haluannews Ekonomi – PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) sukses menyelesaikan babak baru dalam perjalanan keuangannya. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Kamis (28/11/2024), pemegang saham menyetujui konversi utang senilai Rp855 miliar menjadi saham baru. Langkah ini merupakan angin segar bagi perusahaan yang telah berjuang keras dalam restrukturisasi utang sejak 2016.

Related Post
Direktur Utama & CEO BNBR, Anindya Novyan Bakrie, menyatakan rasa syukur atas persetujuan ini. Menurutnya, konversi utang menjadi saham akan memperbaiki posisi keuangan perusahaan, menghasilkan rasio utang yang lebih sehat, mengurangi beban keuangan, dan memperkuat arus kas. Sebanyak 13,35 miliar saham biasa Seri E, setara 7,70% dari modal ditempatkan dan disetor penuh, akan diterbitkan dengan harga pelaksanaan Rp64 per saham.

Konversi ini ditujukan untuk melunasi utang kepada Eurofa Capital Investment Inc (Eurofa) dan Silvery Moon Investment Ltd (SMIL). Utang kepada Eurofa senilai USD50 juta (sekitar Rp750 miliar) akan dikonversi menjadi 11,71 miliar lembar saham. Sementara utang kepada SMIL, sebesar Rp105 miliar (sisa dari total utang awal Rp465,11 miliar), akan dikonversi menjadi maksimal 1,64 miliar lembar saham. Dengan selesainya konversi ini, total liabilitas BNBR turun drastis sebesar Rp855 miliar, dari Rp4,48 triliun menjadi Rp3,62 triliun (berdasarkan laporan posisi keuangan per 30 Juni 2024). Ekuitas pun meningkat signifikan, dari Rp2,78 triliun menjadi Rp3,64 triliun.
Direktur Keuangan BNBR, Roy Hendrajanto M. Sakti, menjelaskan dampak positif konversi ini terhadap rasio keuangan perusahaan. Rasio total aset lancar terhadap total liabilitas jangka pendek meningkat dari 102,17% menjadi 130,28%. Lebih lanjut, rasio liabilitas terhadap ekuitas turun dari 1,61x menjadi 1,00x, dan rasio liabilitas terhadap total aset turun dari 0,62x menjadi 0,50x. Roy juga menekankan bahwa private placement ini merupakan tahap akhir restrukturisasi utang yang telah dimulai sejak 2016, termasuk Kuasi Reorganisasi yang efektif pada 22 Agustus 2024. Berkat langkah ini, defisit saldo sebesar Rp19,5 triliun (per 31 Desember 2023) berubah menjadi laba ditahan Rp636,2 miliar (per 30 September 2024). Laba bersih pun meningkat signifikan sebesar 383%, dari Rp134,2 miliar (2023) menjadi Rp649,2 miliar (2024) selama 9 bulan pertama tahun 2024.
Ke depan, BNBR akan fokus memperkuat operasional bisnis di seluruh sektor dan mengembangkan proyek-proyek strategis baru. Dengan neraca keuangan yang jauh lebih sehat, perusahaan siap memasuki babak baru pertumbuhan dan pengembangan bisnis.
Tinggalkan komentar