Haluannews Ekonomi – Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mengalami penurunan signifikan pada Februari 2025, mencapai US$ 427,2 miliar, turun US$ 0,7 miliar dari bulan sebelumnya. Penurunan ini, menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso, disebabkan oleh penurunan ULN baik sektor pemerintah maupun swasta. Faktor penguatan dolar AS terhadap mata uang global, termasuk Rupiah, juga turut mempengaruhi.
Related Post
Data menunjukkan ULN Indonesia mayoritas berasal dari negara-negara kreditur (US$ 203,52 miliar), organisasi internasional (US$ 45,52 miliar), dan sumber lainnya (US$ 178,11 miliar). Penurunan terlihat pada kreditur utama seperti Singapura (US$ 55,45 miliar dari US$ 55,78 miliar), Amerika Serikat (US$ 27,67 miliar dari US$ 27,68 miliar), dan China (US$ 23,28 miliar dari US$ 23,30 miliar).
Namun, di tengah penurunan tersebut, Indonesia menunjukkan strategi diversifikasi portofolio utang. Beberapa negara kreditur justru mencatatkan peningkatan pinjaman ke Indonesia pada Februari 2025. Jepang mengalami peningkatan signifikan, dari US$ 20,88 miliar menjadi US$ 21,01 miliar. Peningkatan serupa juga terlihat pada Hongkong, Australia, Austria, Belanda, Inggris, Jerman, Swiss, dan Oceania. Hal ini mengindikasikan upaya Indonesia mengurangi ketergantungan pada AS dan China, beralih ke Jepang dan Swiss sebagai sumber pendanaan alternatif.
Perubahan ini menunjukkan strategi pengelolaan ULN yang lebih terdiversifikasi dan berhati-hati. Dengan mengurangi ketergantungan pada beberapa negara kreditur utama, Indonesia dapat mengurangi risiko dan meningkatkan stabilitas ekonomi makro. Langkah ini patut diapresiasi sebagai upaya proaktif dalam menjaga kesehatan keuangan negara.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar