Haluannews Ekonomi – Komisi VI DPR RI mengusulkan perubahan status PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) atau Semen Indonesia Group (SIG). Dari operating holding, perusahaan BUMN ini diusulkan menjadi strategic holding. Anggota Komisi VI, Kawendra Lukistian, menilai SIG hanya menikmati keuntungan dari anak perusahaannya yang tersebar di daerah. "Semen Indonesia sebaiknya jadi strategic holding, supaya adil. Anak perusahaan hanya diberi ‘mainan’, sementara yang bagus-bagusnya ditarik ke pusat," tegas politikus Gerindra itu dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan SMGR, Rabu (4/12/2024).

Related Post
Usulan ini muncul setelah Ismail Bachtiar (Fraksi PKS) menyoroti penurunan kinerja PT Semen Tonasa. Ia menuding SIG menarik hampir seluruh aset strategis Semen Tonasa, meninggalkan "debu" bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Ismail meminta SIG mempercayakan pengelolaan strategis kepada entitas usaha di daerah.

Senada, Andre Rosiade (Fraksi Gerindra) menilai peran SIG sebagai operating holding tidak efektif. Ia mendorong evaluasi agar SIG menjadi strategic holding yang menetapkan KPI dan SOP untuk anak usahanya. "Anak usaha akan lebih maksimal. Operating holding ini jelas gagal," tegas Andre. Ia akan mengusulkan hal ini ke Kementerian BUMN.
Andre menilai SIG sebagai operating holding justru menghambat pemasaran semen oleh anak usahanya, dan kinerja keuangan SIG terus menurun. "Berikan kesempatan Semen Tonasa, Semen Padang, Semen Baturaja, Semen Gresik, dan SBI menentukan pasar dan mengelola distributornya," tambahnya.
Haluannews.id mencatat, laba SIG pada kuartal III-2024 anjlok 58% yoy menjadi Rp719,72 miliar, dengan pendapatan turun 4,9% yoy menjadi Rp26,29 triliun. Direktur Utama SIG, Donny Arsal, menyebut penurunan permintaan ritel dan oversupply (kapasitas produksi 122 juta ton, permintaan 65 juta ton) sebagai penyebabnya. "Penurunan permintaan ritel menekan harga dan volume," jelas Donny.
Tinggalkan komentar