Haluannews Ekonomi – Tensi perang tarif global kembali membuat rupiah tertekan, bahkan sempat menyentuh level Rp 17.000 per dolar AS. Gejolak pasar keuangan internasional yang memanas menjadi biang keladi pelemahan mata uang Garuda ini. Namun, ada secercah harapan di tengah badai.
Related Post
Ronny Setiawan, Executive Director, Head of Trading, Treasury and Markets Bank DBS Indonesia, melihat sinyal positif dari kebijakan The Fed yang diprediksi tak akan menaikkan suku bunga. Menurutnya, hal ini menjadi angin segar bagi rupiah. Lebih lanjut, ia menilai perang dagang justru berpotensi melemahkan dolar AS dalam jangka panjang, sehingga berdampak positif bagi penguatan rupiah di masa mendatang.
Dalam wawancara eksklusif di program Squawk Box, Haluannews.id (Kamis, 10/04/2025), Ronny Setiawan memberikan analisis mendalam mengenai pergerakan rupiah di tengah gejolak perang dagang. Ia juga membahas proyeksi arah kebijakan suku bunga The Fed dan dampaknya terhadap kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI). Pertanyaan krusial pun mengemuka: kapan BI akan memangkas suku bunga untuk meredam tekanan terhadap rupiah? Wawancara selengkapnya dapat disaksikan di program Squawk Box, Haluannews.id.
Analisis Ronny Setiawan memberikan gambaran yang cukup kompleks. Di satu sisi, tekanan eksternal masih membayangi, namun di sisi lain, ada potensi pemulihan yang cukup signifikan jika dinamika perang dagang bergeser ke arah yang lebih menguntungkan Indonesia. Pernyataan ini tentu menjadi bahan pertimbangan bagi pelaku pasar dan investor dalam mengambil keputusan strategis ke depannya.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar