Haluannews Ekonomi – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau seluruh perbankan di Indonesia untuk memperketat manajemen risiko dan meningkatkan frekuensi stress test sebagai antisipasi gejolak ekonomi global. Hal ini disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dalam konferensi pers virtual Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, Jumat (11/4/2025). Menurutnya, stress test yang lebih rutin dengan berbagai skenario dan mitigasi risiko yang tepat menjadi kunci utama.
Related Post
Lebih lanjut, Dian menekankan pentingnya pembentukan tambahan modal di atas ketentuan minimum sesuai profil risiko masing-masing bank. Cadangan modal ini berfungsi sebagai buffer untuk menghadapi potensi krisis keuangan dan ekonomi yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan, khususnya dalam menghadapi volatilitas nilai tukar. Meskipun risiko depresiasi rupiah dinilai masih rendah, dengan posisi devisa neto (PDN) bank terhadap valuta asing (valas) hanya 1,55% (jauh di bawah ambang batas 20%), kewaspadaan tetap diperlukan.
"Volatilitas di sektor perbankan relatif kecil hingga saat ini. Semoga kondisi ini berkelanjutan dan semakin menguat," ujar Dian. OJK sendiri tetap berkomitmen melakukan pengawasan ketat dan komunikasi intensif dengan industri perbankan. Konsultasi individual antara OJK dan bank dinilai sangat penting dalam situasi global yang penuh ketidakpastian.
Pertumbuhan kredit perbankan hingga Februari 2025 tercatat positif, mencapai 10,3% (yoy) menjadi Rp 7.825 triliun. Kredit investasi menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan 14,62% (yoy), diikuti kredit modal kerja (7,66% yoy) dan kredit konsumsi (10,31% yoy). Bank-bank milik negara menjadi kontributor utama pertumbuhan kredit pada periode tersebut, dengan kenaikan 10,93% (yoy).
Dengan kondisi ekonomi global yang bergejolak, langkah proaktif OJK ini diharapkan mampu menjaga stabilitas sistem keuangan domestik dan melindungi sektor perbankan Indonesia dari potensi guncangan eksternal.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar