Haluannews Ekonomi – Ancaman resesi di Amerika Serikat (AS) kembali menghantui pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Hal ini tercermin dari pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang dibuka pada level Rp 16.360/US$ pada Selasa (11/3/2025), mengalami depresiasi 0,15% dibandingkan penutupan sebelumnya. Pelemahan ini melanjutkan tren negatif kemarin yang mencapai 0,28%. Meskipun indeks dolar AS (DXY) mengalami penurunan tipis 0,09% ke angka 103,74 pada pukul 08:55 WIB, bayang-bayang resesi AS tetap menekan Rupiah.

Related Post
Sentimen negatif dari AS mendominasi pergerakan pasar hari ini. Ketidakpastian ekonomi yang semakin meningkat membuat para ekonom mengeluarkan peringatan dini. Sejumlah indikator ekonomi AS yang memburuk, mulai dari kepercayaan konsumen hingga pertumbuhan ekonomi, semakin memperkuat prediksi akan terjadinya resesi. Goldman Sachs, misalnya, meningkatkan proyeksi peluang resesi AS dalam 12 bulan ke depan dari 15% menjadi 20%, mengingat kebijakan-kebijakan ekonomi sebelumnya. Sementara itu, Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Resesi, yang umumnya didefinisikan sebagai pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun, akan berdampak signifikan terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. AS sendiri pernah mengalami resesi pada awal 2020 akibat pandemi Covid-19, yang mengakibatkan jutaan orang kehilangan pekerjaan. Kondisi ini tentu menjadi perhatian serius bagi pelaku pasar.

Haluannews.id Research
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar