Haluannews Ekonomi – Harga minyak dunia kembali meroket, menyentuh angka US$63 per barel untuk Brent pada penutupan Jumat (9/5/2025). Kenaikan ini didorong oleh optimisme atas negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan China, serta sanksi AS terhadap kilang minyak China. Pergerakan ini menandai pemulihan setelah penurunan signifikan sejak awal tahun.

Related Post
Harga minyak Brent untuk kontrak Juli 2025 ditutup pada US$63,13 per barel, naik dari US$62,84. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni mencapai US$60,19 per barel, menandai penguatan mingguan pertama dalam tiga pekan terakhir. Kenaikan ini menjadi angin segar setelah harga minyak sempat anjlok lebih dari 10% sejak Januari 2025, tertekan perlambatan ekonomi global dan potensi surplus produksi.

Presiden AS Donald Trump menyatakan optimisme atas kemajuan nyata dalam pembicaraan dengan China. Namun, China menegaskan penghapusan tarif sebagai prasyarat utama. Meskipun ketidakpastian masih ada, harapan pemulihan permintaan menjadi pendorong utama kenaikan harga.
Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah sanksi AS terhadap Hebei Xinhai Chemical Group, kilang independen besar di China yang dituduh membantu ekspor minyak mentah Iran secara ilegal. Langkah ini diperkirakan akan memperketat pasokan global, sekaligus mengurangi tekanan dari rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi yang sebelumnya dibatasi.
Meskipun rebound ini memberikan sedikit kelegaan, volatilitas harga minyak diperkirakan akan tetap tinggi dalam beberapa pekan mendatang. Dinamika geopolitik, perdagangan, dan sanksi akan terus mempengaruhi harga komoditas vital ini. Perkembangan negosiasi AS-China akan menjadi penentu utama arah harga minyak ke depan. Apakah ini sinyal awal pemulihan berkelanjutan, atau hanya reli sementara? Kita tunggu perkembangan selanjutnya.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar