Haluannews Ekonomi – Gejolak pasar keuangan global kembali terjadi. Tarif resiprokal yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menimbulkan dampak signifikan, mengakibatkan Wall Street kehilangan aset fantastis senilai US$5 triliun (sekitar Rp 82,8 triliun) dalam waktu singkat. Haluannews.id mengutip laporan Reuters yang menyebutkan perang dagang yang meningkat memicu kekhawatiran resesi global, menjadi penyebab utama kerugian tersebut.

Related Post
Laporan Reuters juga memprediksi volatilitas pasar akan meningkat hingga 9 April 2025, tanggal efektif penerapan tarif resiprokal tersebut. Kebijakan Trump ini memberlakukan tarif baru pada lebih dari 180 negara dan wilayah, termasuk Indonesia yang dikenakan tarif sebesar 32%. Negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia (24%), Vietnam (36%), dan Singapura (10%) juga terkena dampak. Jepang dikenakan tarif 24%, sementara China, yang sebelumnya telah dikenakan tarif 20% awal tahun ini, kini harus menanggung tambahan 34%, sehingga totalnya mencapai 54%.

Sebagai balasan, China langsung mengumumkan tarif 34% untuk barang-barang impor dari AS, efektif 10 April 2025. Kementerian Keuangan China menyatakan kebijakan AS tersebut bertentangan dengan aturan perdagangan internasional dan merupakan praktik intimidasi unilateral. "Praktik AS ini tidak sejalan dengan peraturan perdagangan internasional, merugikan hak dan kepentingan sah China, dan menjadi praktik intimidasi unilateral yang khas," tegas lembaga tersebut, seperti dikutip Haluannews.id dari CNN Internasional. Ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang ini jelas menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku pasar dan berpotensi memicu resesi.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar