Kredit Bank Tiba-Tiba Remuk! Ada Apa Gerangan?

Kredit Bank Tiba-Tiba Remuk! Ada Apa Gerangan?

Haluannews Ekonomi – Pertumbuhan kredit perbankan nasional mengalami perlambatan signifikan. Bank Indonesia (BI) melaporkan pertumbuhan kredit per Maret 2025 hanya mencapai 9,16% secara tahunan (yoy), jauh di bawah angka 10,3% yoy pada Februari 2025. Fenomena ini tentu mengundang pertanyaan besar di tengah proyeksi BI sendiri yang berada di kisaran 11%-13% yoy.

COLLABMEDIANET

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa perlambatan ini disebabkan oleh faktor permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, beberapa sektor terdampak dinamika kebijakan tarif internasional, khususnya kebijakan Presiden Amerika Serikat. Namun, ia juga mencatat adanya sektor-sektor lain yang berpotensi meningkatkan ekspor. "Ada sektor-sektor yang pertumbuhannya masih bagus, ada sektor-sektor yang memang pertumbuhannya terbatas," ujar Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Maret 2025.

Kredit Bank Tiba-Tiba Remuk! Ada Apa Gerangan?
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Sementara itu, dari sisi penawaran, Perry menyatakan bahwa minat bank untuk menyalurkan kredit (lending appetite) masih terbilang baik. "Indeks standar pemberian kredit belum menunjukkan tanda-tanda pengetatan," imbuhnya. Kondisi likuiditas secara keseluruhan juga tergolong cukup. Namun, BI berencana memperkuat implementasi Rasio Pendanaan Luar Negeri (RPLN) untuk mendorong beberapa bank meningkatkan pendanaan dan akhirnya meningkatkan penyaluran kredit.

Meskipun demikian, permintaan kredit tetap ada. Hal ini terlihat dari upaya bank untuk mencari alternatif pendanaan dari luar negeri, sebagai kompensasi atas berkurangnya sumber dana domestik. Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menambahkan bahwa beberapa sektor utama seperti industri pengolahan, pertambangan, pengangkutan, dan jasa sosial masih mencatat pertumbuhan kredit yang tinggi. Sebaliknya, sektor perdagangan dan konstruksi menunjukkan tren yang kurang menggembirakan.

Lebih detail, kredit investasi masih menjadi yang tertinggi dengan pertumbuhan 13,36% yoy (dibanding 14,6% yoy pada Februari). Kredit modal kerja dan konsumsi masing-masing tumbuh 9,23% yoy (vs 7,66% yoy di Februari) dan 6,51% yoy (vs 10,31% yoy di Februari).

BI memastikan ketahanan likuiditas perbankan tetap terjaga. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) per Februari 2025 mencapai 26,3%, dengan rasio kecukupan modal Januari 2025 sebesar 27,01%. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross Januari 2025 tercatat 2,18%, dan NPL nett 0,79%. Perlambatan pertumbuhan kredit ini tentu menjadi perhatian serius bagi pelaku pasar dan memerlukan analisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya secara lebih mendalam.

Editor: Rohman

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar