Kisah Inspiratif: Anak Kartini Tolak Kemewahan, Pilih Jalan Hidup Sederhana!

Kisah Inspiratif: Anak Kartini Tolak Kemewahan, Pilih Jalan Hidup Sederhana!

Haluannews Ekonomi – Di tengah maraknya praktik nepotisme dan penggunaan koneksi keluarga untuk meraih kesuksesan, kisah hidup Soesalit, putra R.A. Kartini, menjadi sebuah anomali yang inspiratif. Berbeda dengan banyak anak pejabat yang memanfaatkan nama besar orang tua, Soesalit justru memilih jalan hidup yang sederhana dan berprinsip. Ia menolak memanfaatkan nama besar ibunya, pahlawan emansipasi wanita Indonesia, untuk meraih kekuasaan dan kemewahan.

COLLABMEDIANET

Soesalit lahir dari keluarga terpandang. Ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Djojadiningrat, menjabat sebagai Bupati Rembang, sementara ibunya, R.A. Kartini, dikenal luas sebagai tokoh pergerakan perempuan. Meskipun memiliki jalur karier yang terbuka lebar berkat status keluarganya, Soesalit dengan tegas menolak tawaran untuk menggantikan ayahnya sebagai bupati. Ia bahkan menolak berbagai tawaran serupa dari saudara-saudaranya.

Kisah Inspiratif: Anak Kartini Tolak Kemewahan, Pilih Jalan Hidup Sederhana!
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Alih-alih mengejar kekuasaan melalui jalur kekeluargaan, Soesalit memilih bergabung dengan tentara pada tahun 1943. Ia menjalani pelatihan di bawah tentara Jepang dan kemudian bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air). Setelah kemerdekaan Indonesia, ia bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat Republik Indonesia (TKR). Karier militernya menanjak dengan cepat, ditandai dengan partisipasinya dalam berbagai pertempuran melawan Belanda dan akhirnya mencapai puncaknya pada tahun 1946 ketika ia diangkat menjadi Panglima Divisi II Diponegoro, memimpin pasukan penting yang bertugas menjaga Yogyakarta. Ia juga pernah menjabat sebagai penasehat Menteri Pertahanan.

Meskipun mencapai posisi tinggi dalam militer dan pemerintahan, Soesalit tetap merahasiakan hubungannya dengan R.A. Kartini. Ia enggan memanfaatkan nama besar ibunya untuk kepentingan pribadi. Bahkan ketika pensiun, ia memilih hidup sederhana sebagai veteran, menolak hak-hak istimewa yang seharusnya diterimanya. Jenderal Nasution, atasan Soesalit, menjadi saksi bisu atas kerendahan hati dan prinsip teguh Soesalit. Nasution mencatat bahwa Soesalit bisa saja hidup berkecukupan dengan mengungkap identitasnya sebagai putra Kartini, namun ia tetap memilih jalan hidupnya sendiri. Soesalit meninggal dunia pada 17 Maret 1962, meninggalkan warisan prinsip dan integritas yang patut diteladani. Kisah hidupnya menjadi pelajaran berharga tentang integritas dan kerja keras yang sejati, jauh dari praktik-praktik pragmatis yang seringkali terjadi di dunia politik dan ekonomi.

Editor: Rohman

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar