Haluannews Ekonomi – Pasar saham Indonesia babak belur. Kapitalisasi pasar ambles hingga Rp 1.279 triliun hanya dalam sebulan, tepatnya sepanjang Februari 2025. Dari Rp 12.159 triliun pada awal bulan, angka tersebut merosot tajam menjadi Rp 10.880 triliun di penghujung bulan. Anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari level 7.030 menjadi 6.250 turut memperparah situasi. Apakah kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menjadi biang keladi?

Related Post
Haluannews.id mencatat, IHSG mengalami penurunan drastis hingga lebih dari 3%, mencapai level 6200-an, posisi terburuk dalam lebih dari tiga tahun terakhir. Penurunan tajam ini terjadi setelah Trump mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25%, dan tambahan tarif 10% untuk China, efektif 4 Maret 2025. Kebijakan ini, yang sempat ditangguhkan sebulan sebelumnya, kembali menegaskan komitmen Trump pada proteksionisme ekonomi, menciptakan ketidakpastian di pasar global. Ironisnya, 4 Maret 2025 bertepatan dengan pekan pertama Ramadhan, potensi dampaknya terhadap pasar keuangan pun semakin besar.

Dalam unggahan di Truth Social, Trump bersikukuh kebijakan tarif tersebut tetap berlaku, mengatakan perdagangan narkotika ilegal dari kedua negara tetangganya itu masih tinggi. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, mengakui kebijakan tarif dan suku bunga AS sebagai faktor utama pelemahan IHSG. Ia menjelaskan, sekitar 70% dana global mengalir ke aset berkualitas tinggi di AS, sementara ancaman tarif dagang terus membayangi. Kekecewaan atas kebijakan pajak pertambahan nilai (VAT) AS yang tak sesuai ekspektasi juga memperburuk keadaan. Tingginya suku bunga AS membuat investor lebih memilih aset berisiko rendah.
Menteri BUMN, Erick Thohir, mengakui pengaruh faktor eksternal, khususnya kebijakan ekonomi Trump yang dinilai agresif. Ia membantah tudingan bahwa peluncuran Danantara turut andil dalam penurunan IHSG.
Anjloknya IHSG ini menjadi pukulan telak bagi pasar modal Indonesia. Ketidakpastian global akibat kebijakan Trump jelas menjadi tantangan besar yang harus dihadapi.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar