IHSG Jeblok! GOTO & TPIA Jadi Biang Kerok?

Haluannews Ekonomi – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (11/3/2025), mengikuti tren negatif di bursa Asia-Pasifik. Setelah sempat anjlok 1,4% di awal perdagangan hingga menyentuh level 6.503,84, IHSG akhirnya ditutup turun 0,79% di angka 6.545,85. Nilai transaksi mencapai Rp 9,77 triliun dengan volume 20 miliar saham dalam 1,1 juta transaksi. Mayoritas saham mengalami koreksi, hanya 192 saham yang berhasil mencatatkan kenaikan.

COLLABMEDIANET

Data Haluannews.id menunjukkan hampir seluruh sektor berada di zona merah. Sektor konsumer non primer memimpin penurunan dengan koreksi 3,40%, disusul bahan baku (-2,81%) dan properti (-1,85%). Satu-satunya sektor yang menghijau adalah teknologi, ditopang oleh kinerja positif saham DCI Indonesia (DCII).

IHSG Jeblok! GOTO & TPIA Jadi Biang Kerok?
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

GOTO menjadi salah satu penekan utama IHSG hari ini, anjlok 5,88% ke level Rp 80 per saham dan menyumbang -10,97 poin indeks. Chandra Asri (TPIA) juga memberikan kontribusi negatif signifikan terhadap IHSG, yakni -6,85 poin indeks. Alfamart (AMRT) dan AMMN masing-masing berkontribusi -5,24 dan -4,80 poin indeks.

Di sisi lain, saham DCII menjadi penopang IHSG, kembali menyentuh auto rejection atas (ARA) dan naik 9,44% ke Rp 186.000, dengan kapitalisasi pasar menembus Rp 443,38 triliun.

Pelemahan IHSG sejalan dengan penurunan tajam di bursa Asia-Pasifik dan Wall Street. Nikkei 225 di Jepang anjlok lebih dari 2%, sementara Topix turun 1,57%. Kospi di Korea Selatan juga mengalami penurunan lebih dari 2%, dan Kosdaq anjlok hampir 2%.

Haluannews.id mencatat, Goldman Sachs menurunkan peringkat dan rekomendasi aset keuangan Indonesia, memperkirakan peningkatan risiko fiskal akibat kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Goldman menurunkan peringkat saham RI dari overweight menjadi market weight dan rekomendasi surat utang BUMN tenor 10-20 tahun menjadi netral. Hal ini dipicu oleh proyeksi defisit fiskal Indonesia yang dinaikkan Goldman dari 2,5% menjadi 2,9% dari PDB. Goldman menilai pasar keuangan Indonesia masih tertekan oleh sentimen tarif, perang dagang, dan pelemahan ekonomi domestik. Kekhawatiran akan pelemahan ekonomi AS, ditandai penurunan belanja konsumen dan pelebaran defisit perdagangan, juga turut menekan pasar. Risiko ‘Trumpcession’ pun dinilai meningkat.

Editor: Rohman

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar