Haluannews Ekonomi – Kisah Mat Sam, pencari intan asal Kalimantan Selatan, menjadi bukti ironi pengelolaan kekayaan alam Indonesia. Ia menemukan intan raksasa 166,75 karat, yang kini diperkirakan bernilai fantastis mencapai Rp 15,22 triliun berdasarkan harga emas tahun 2024. Namun, alih-alih menikmati kekayaan tersebut, Mat Sam justru tetap hidup dalam kemiskinan.

Related Post
Berbagai sumber berita masa lalu, seperti harian Nusantara (15 Agustus 1967) dan Pikiran Rakyat (31 Agustus 1965), melaporkan penemuan intan tersebut. Pada masa itu, intan tersebut diperkirakan bernilai miliaran rupiah, bahkan nilainya diibaratkan menyamai berlian Koh-i-Noor yang menghiasi mahkota Kerajaan Inggris.

Ironisnya, intan bernilai triliunan rupiah itu justru disita pemerintah dengan dalih pembangunan Kalimantan Selatan dan pengembangan teknologi pertambangan intan. Surat kabar Angkatan Bersenjata (11 September 1967) mencatat, intan tersebut diamankan oleh pihak berwenang Kabupaten Banjar dan diserahkan kepada Presiden Soekarno.
Sebagai kompensasi, Mat Sam dan empat rekannya dijanjikan ibadah haji gratis. Namun, janji tersebut tak pernah ditepati. Dua tahun kemudian, mereka menuntut keadilan dan meminta pemerintah memenuhi janjinya, sebagaimana dilaporkan Kompas (11 September 1967). Sayangnya, nasib mereka setelahnya tak tercatat dalam sejarah. Kisah Mat Sam menjadi pengingat penting akan pentingnya keadilan dan transparansi dalam pengelolaan sumber daya alam. Apakah keadilan benar-benar ditegakkan? Pertanyaan ini tetap menggantung hingga kini.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar