Haluannews Ekonomi – Harga emas yang terus menanjak akhir-akhir ini menjadi magnet bagi para investor. Fenomena ini tak lepas dari hubungan invers emas dengan dolar AS. Ketika greenback melemah, harga emas cenderung menguat. Hal ini disebabkan emas dipatok dalam dolar AS, sehingga penguatan dolar membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Namun, apa sebenarnya yang mendorong lonjakan harga emas ini?

Related Post
Perang dagang antara AS dan China, yang memicu ketidakpastian ekonomi global, menjadi salah satu faktor utama. Ketidakpastian ini mendorong investor mencari aset safe haven, dan emas menjadi pilihan utama. Ancaman resesi global juga berperan penting. Laporan dari berbagai lembaga keuangan, termasuk Goldman Sachs dan JP Morgan, memperkirakan peningkatan probabilitas resesi di AS, membuat investor berbondong-bondong mencari perlindungan di emas. CEO BlackRock, Larry Fink, bahkan menyatakan AS mungkin sudah berada dalam resesi atau sangat dekat mengalaminya.

Pelemahan dolar AS juga menjadi katalis. Nilai tukar dolar yang anjlok membuat emas lebih terjangkau bagi investor yang menggunakan mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan global. Kebijakan The Fed, yang diperkirakan akan memangkas suku bunga lebih agresif untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi, juga turut menekan dolar AS dan mendorong kenaikan harga emas.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah pembelian emas oleh bank sentral dunia. Data World Gold Council menunjukkan peningkatan signifikan pembelian emas oleh bank sentral pada tahun 2024 dan berlanjut hingga awal 2025. Langkah ini mencerminkan upaya diversifikasi cadangan devisa dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Kesimpulannya, lonjakan harga emas merupakan cerminan dari berbagai faktor fundamental, mulai dari perang dagang dan ancaman resesi hingga pelemahan dolar AS dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral. Emas kembali menegaskan posisinya sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar