Haluannews Ekonomi – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengambil tindakan tegas dengan memberhentikan Direktur IT PT Bank DKI, Amirul Wicaksono. Keputusan ini diambil setelah layanan perbankan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut mengalami gangguan selama lebih dari seminggu, tepatnya sejak malam takbiran Idul Fitri 1446 H. Gangguan ini membuat banyak nasabah kesulitan bertransaksi dan memicu gelombang protes di media sosial. Tak hanya itu, Gubernur juga menginstruksikan kasus ini dilaporkan ke Bareskrim Polri untuk penyelidikan lebih lanjut.

Related Post
Gangguan sistem yang terjadi sejak 30 Maret 2025, menyebabkan nasabah tak bisa melakukan transfer antar bank, top up e-wallet, bahkan transaksi QRIS pun bermasalah. Keluhan bermunculan di media sosial, mulai dari ketidakmampuan melakukan transfer ke bank lain dan e-wallet hingga pemotongan saldo tanpa transaksi berhasil. Sejumlah nasabah bahkan harus datang langsung ke kantor cabang Bank DKI untuk menarik uang tunai karena aplikasi JakOne Mobile tak berfungsi optimal.

"Aplikasi Bank DKI eror dari sebelum lebaran, terpaksa ke cabang Slamet Riyadi buat narik cash," ungkap salah satu pengguna Twitter, seperti dikutip Haluannews.id.
Meskipun saat ini sebagian besar layanan Bank DKI telah pulih, layanan transfer ke bank lain via ATM, JakOne Mobile, dan CMS, serta top-up e-wallet masih belum berfungsi normal. Hal ini tentu masih menimbulkan keresahan di kalangan nasabah.
Direktur Utama Bank DKI, Agus Haryoto Widodo, menjelaskan bahwa gangguan tersebut diakibatkan oleh aktivasi fitur pemulihan sistem keamanan internal. Pihak Bank DKI mengklaim telah membentuk tim khusus untuk menangani masalah ini dan melakukan pemulihan layanan secara bertahap. Namun, penjelasan ini belum sepenuhnya memuaskan publik, mengingat durasi gangguan yang cukup lama.
Langkah tegas Gubernur DKI Jakarta ini disambut positif oleh DPRD Jakarta. Sekretaris Komisi E DPRD, Justin Adrian, mendorong agar pihak Bank DKI melibatkan penegak hukum jika ditemukan indikasi pelanggaran hukum. Kepercayaan publik, menurutnya, merupakan aset berharga yang harus dijaga.
Kejadian ini menjadi sorotan tajam bagi industri perbankan dan mengingatkan pentingnya sistem keamanan siber yang handal serta responsif terhadap masalah yang terjadi. Kepercayaan nasabah merupakan hal yang krusial dan harus diprioritaskan.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar