Haluannews Ekonomi – Peluang Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan atau BI Rate di tahun ini nampaknya terbatas. Hal ini disampaikan Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, yang menunjuk beberapa faktor global dan domestik sebagai penentu.

Related Post
Inflasi yang rendah di awal tahun menjadi salah satu faktor yang membuka peluang penurunan BI Rate. Namun, Josua mengingatkan bahwa efek kebijakan diskon listrik bersifat sementara. Ia memprediksi inflasi akan kembali normal di Maret-April dan berkisar di angka 2% hingga akhir tahun.

Faktor domestik lainnya yang perlu diperhatikan adalah defisit transaksi berjalan. Defisit ini cenderung meningkat dibandingkan tahun 2023 dan diperkirakan akan melebar di atas 1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini.
Sementara itu, dari sisi global, nilai tukar rupiah terpengaruh oleh beberapa faktor, antara lain kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS), perlambatan ekonomi Tiongkok, dan ketidakpastian geopolitik. Josua menjelaskan, kebijakan tarif AS berdampak langsung pada perlambatan ekonomi Tiongkok dan ekonomi global secara keseluruhan.
"Oleh sebab itu, kami melihat bahwa sekalipun ada ruang, tapi ruang penurunannya mungkin cukup terbatas. Dan akan di-asses terus oleh Bank Indonesia dari waktu ke waktu," pungkas Josua. Dengan demikian, keputusan BI terkait BI Rate akan terus dievaluasi dan bergantung pada perkembangan data ekonomi terkini.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar