Haluannews Ekonomi – Perang tarif yang dilancarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menimbulkan gelombang kejut di pasar global, termasuk Indonesia. Tidak hanya tarif retribusi yang diberlakukan, tetapi juga tarif yang sangat tinggi, demikian disampaikan Radhika Rao, Senior Economist Executive Director DBS Bank Singapore, hingga awal April lalu. Dampaknya pun terasa signifikan, bukan hanya di Asia, tetapi juga mengancam prospek ekonomi AS sendiri.
Related Post
Rao memprediksikan lonjakan inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS sebagai konsekuensi langsung dari kebijakan proteksionis Trump. Hal ini tentu saja memicu kekhawatiran akan dampak domino terhadap perekonomian global. Kenaikan harga barang impor akibat tarif tinggi akan membebani konsumen, sementara perusahaan-perusahaan menghadapi peningkatan biaya produksi. Kondisi ini berpotensi memicu penurunan investasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan.
Ancaman resesi global pun semakin nyata. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perang tarif membuat investor enggan mengambil risiko, sehingga aliran modal asing cenderung menurun. Hal ini akan semakin memperparah kondisi ekonomi negara-negara berkembang yang bergantung pada investasi asing.
Situasi ini semakin menggarisbawahi pentingnya kerjasama internasional dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Kebijakan proteksionis hanya akan memperburuk situasi dan merugikan semua pihak. Perlu adanya dialog dan negosiasi yang konstruktif untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan dan menciptakan stabilitas ekonomi global. Lebih lanjut, analisis mendalam mengenai dampak jangka panjang perang tarif ini sangat diperlukan untuk merumuskan strategi mitigasi yang efektif.
Untuk informasi lebih detail, saksikan wawancara Safrina Nasution dengan Radhika Rao di program Closing Bell Haluannews.id, Rabu (09/04/2025).
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar