Haluannews Ekonomi – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merah membara pada perdagangan sesi pertama Jumat (14/3/2025), ambruk 1,58% ke level 6.542,71. Nilai transaksi mencapai Rp 4,12 triliun dengan 7,7 miliar saham berpindah tangan sebanyak 641 ribu kali. Dari 812 saham yang diperdagangkan, 191 saham menguat, 380 melemah, dan sisanya stagnan.

Related Post
Hampir seluruh sektor tertekan, kecuali sektor energi yang masih hijau tipis dengan kenaikan 0,18%. Sektor teknologi menjadi yang paling terpukul, anjlok 7,34%. Anjloknya IHSG didominasi oleh kinerja buruk saham DCI Indonesia (DCII) yang ambruk 20% ke level 180.925. Penurunan DCII ini berkontribusi sebesar 59,71 poin terhadap penurunan IHSG. Padahal, saham DCII sebelumnya mengalami reli panjang dengan kenaikan harian yang selalu menyentuh auto reject atas (ARA). Kenaikan signifikan saham ini sepanjang tahun berjalan bahkan telah melampaui 300%. Lonjakan tajam tersebut dimulai sejak 18 Februari 2025, setelah pengumuman rencana stock split oleh Toto Sugiri.

Selain DCII, saham perbankan juga menjadi beban IHSG. Saham BBCA misalnya, turun 1,67% ke level 8.825 dan berkontribusi 9,76 poin terhadap penurunan indeks.
Pelemahan IHSG juga dipicu oleh pengumuman pemerintah terkait realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Februari 2025 yang mencatat defisit Rp 31,2 triliun atau 0,13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini merupakan yang pertama dalam empat tahun terakhir. Pendapatan negara hingga akhir Februari mencapai Rp 316,9 triliun, didominasi pajak (Rp 187,8 triliun) dan bea cukai (Rp 52,6 triliun). Sementara belanja negara mencapai Rp 348,1 triliun.
Defisit APBN ini berbanding terbalik dengan surplus yang tercatat selama tiga tahun sebelumnya, menunjukkan tingginya ketergantungan Indonesia pada harga komoditas, terutama pasca lonjakan harga komoditas global sejak 2022.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar