Haluannews Ekonomi – Perang India-Pakistan bulan ini mendadak menjadi sorotan pasar saham global. Bukan karena dampak geopolitiknya, melainkan karena performa jet tempur Chengdu J-10C buatan China yang mencuri perhatian. Kabar jatuhnya beberapa pesawat tempur India, termasuk Rafale buatan Prancis, yang diklaim oleh kantor berita pemerintah Pakistan sebagai hasil pertempuran melawan J-10C, mendorong saham Chengdu Aircraft Company melesat lebih dari sepertiga dalam sepekan di bursa Shenzhen.
Related Post
Keberhasilan J-10C, yang juga dikenal sebagai "Naga yang Tangguh", membuat investor yakin akan prospeknya di pasar senjata global. Meskipun bukan jet tempur tercanggih dari China, J-10C dinilai paling kompetitif secara komersial. David Jordan, dosen senior studi pertahanan di King’s College London, mengatakan kepada Haluannews.id bahwa J-10C setara dengan F-16 versi terbaru, namun dengan beberapa keunggulan, terutama sistem rudal jarak jauhnya.
Keberadaan J-10C menjadi bukti nyata kemajuan industri pertahanan China. Sebagai jet tempur multiperan bermesin tunggal dengan konfigurasi sayap canard-delta, J-10C, yang mulai beroperasi sejak 2004 sebagai J-10A, memiliki kemampuan manuver tinggi dalam pertempuran udara. Desainnya yang fleksibel memungkinkan J-10C untuk menjalankan misi udara-ke-udara dan serangan darat, membawa berbagai persenjataan, mulai dari bom berpemandu presisi hingga rudal antikapal dan udara-ke-udara jarak menengah.
Lonjakan saham Chengdu Aircraft Company ini menjadi sinyal kuat bagi industri pertahanan China dan sekaligus tantangan bagi produsen jet tempur global lainnya. Keberhasilan J-10C dalam konflik tersebut menunjukkan potensi besarnya untuk mendominasi pasar senjata dunia di masa depan.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar