Haluannews Ekonomi – Di tengah defisit APBN, rupiah berhasil menunjukkan ketahanan yang mengejutkan dengan menguat tipis terhadap dolar AS. Pada perdagangan kemarin, mata uang Garuda berada di level Rp 16.345 per dolar AS, mencatatkan penguatan sebesar 0,46%. Keberhasilan ini menarik perhatian analis pasar, mengingat kondisi ekonomi global yang masih bergejolak.

Related Post
Analis pasar modal Haluannews.id, Susi Setiawati, mengungkapkan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penguatan rupiah. Salah satunya adalah rencana Presiden Amerika Serikat untuk menaikkan tarif impor Champagne dan alkohol. Kebijakan ini berpotensi mengganggu pasar global dan memberikan sentimen positif bagi aset-aset safe haven, termasuk rupiah.

Selain itu, Susi menambahkan, pasar keuangan AS saat ini dinilai kurang menarik bagi investor karena adanya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi. Hal ini mendorong aliran modal asing mencari alternatif investasi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Meskipun penguatannya tipis, keberhasilan rupiah menahan tekanan dolar AS di tengah defisit APBN menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia.
Saksikan wawancara lengkap Safrina Nasution dengan Susi Setiawati di program Closing Bell Haluannews.id, Rabu (14/03/2025) untuk analisis lebih mendalam.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar