Haluannews Ekonomi – Rupiah memulai perdagangan hari Jumat (14/3/2025) dengan performa impresif. Mata uang Garuda menguat 0,42% terhadap dolar Amerika Serikat (AS), menyentuh angka Rp16.350/US$. Penguatan ini melanjutkan tren positif dari penutupan perdagangan sebelumnya yang mencatatkan apresiasi 0,12%. Kinerja ini terjadi di tengah potensi resesi AS yang semakin menguat dan gejolak kebijakan Presiden AS, Donald Trump.
Related Post
Meskipun indeks dolar AS (DXY) terpantau naik tipis 0,08% ke angka 103,91 pada pukul 08:57 WIB (naik dari 103,83 pada perdagangan sebelumnya), pergerakan rupiah tampaknya lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal, khususnya dari AS. Sejak dilantik pada Januari 2025, kebijakan-kebijakan Trump telah menimbulkan ketidakpastian global, termasuk di Indonesia. Hal ini tercermin dari pelemahan rupiah hingga Rp 16.162 per dolar AS pada akhir 2024.
Dampak kebijakan Trump juga terasa pada yield Surat Berharga Negara (SBN). Panasnya perang dagang AS dengan China, Kanada, dan Meksiko turut memberikan tekanan. Meskipun demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa posisi Indonesia relatif lebih baik dibandingkan negara lain. Ia mencatat yield SBN 10 tahun Indonesia mencapai 6,8% secara year-to-date (ytd) di 2024 dan berakhir di angka 7% pada akhir periode.
Potensi resesi AS yang mencapai 50% juga menjadi katalis penguatan rupiah. Kebijakan perdagangan Trump dikhawatirkan akan semakin memperburuk pertumbuhan ekonomi AS dan meningkatkan risiko resesi. Kondisi ini membuat pelaku pasar perlu mencermati perkembangan global secara berkala, mengingat volatilitas nilai tukar rupiah masih cukup tinggi dalam jangka pendek. Haluannews.id Research merekomendasikan kewaspadaan terhadap dinamika pasar valuta asing.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar