Haluannews Ekonomi – Publik dibuat penasaran dengan sosok Ray Dalio, miliarder dan investor kawakan asal Amerika Serikat (AS). Kehadirannya di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat (7/3/2025), atas undangan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, untuk bertemu dengan sepuluh konglomerat Indonesia, menjadi sorotan utama. Pertemuan tersebut mempertemukan Dalio, yang juga didapuk sebagai Dewan Pengawas Danantara, Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia, dengan para taipan seperti Haji Isam, Aguan, Anthony Salim, Boy Thohir, James Riady, Hilmi Panigoro, Franky Oesman Widjaja, Prajogo Pangestu, Tomy Winata, dan Chairul Tanjung.
Related Post
Bukan kali pertama Prabowo melibatkan Dalio. Sebelumnya, investor AS ini menjadi pemateri dalam pembekalan menteri pada Oktober 2024. Posisi strategis Dalio dalam lingkaran kekuasaan Indonesia tak lepas dari rekam jejaknya yang gemilang di dunia ekonomi selama beberapa dekade. Dalio mendirikan Bridgewater Associates, firma hedge fund terbesar dunia yang mengelola dana senilai US$112 miliar (Rp 1.825 triliun), dari sebuah apartemen dua kamar di New York City pada 1975. Kekayaan bersihnya, menurut Forbes, mencapai US$14 miliar (Rp 228 triliun), menempatkannya di peringkat 162 orang terkaya dunia.
Perjalanan karier Dalio dimulai dari pekerjaan sampingan hingga ketertarikannya pada pasar keuangan tumbuh saat bekerja sebagai caddy golf. Ia bahkan membeli saham pertamanya pada usia 12 tahun! Setelah meraih gelar sarjana keuangan dari Long Island University dan MBA dari Harvard Business School, ia memulai karier di Wall Street. Pengalamannya di New York Stock Exchange dan Dominick & Dominick LLC, serta ketidakpuasannya terhadap struktur hierarkis di Shearson Hayden Stone, akhirnya mendorongnya untuk mendirikan Bridgewater Associates.
Kehebatan Dalio terletak pada pemahamannya yang mendalam tentang dinamika pasar global, khususnya mata uang dan suku bunga. Strategi diversifikasi dan manajemen risiko yang diterapkannya terbukti ampuh, terbukti saat krisis saham 1987, Bridgewater justru meraih keuntungan besar. Bridgewater pun menjadi hedge fund paling sukses di dunia, dengan catatan hanya tiga kali mengalami kerugian dalam periode 1991-2005.
Dalio juga dikenal sebagai penulis buku "The Changing World Order: Why Nations Succeed and Fail" (2021), yang membahas prediksi naik-turunnya negara-negara berdasarkan siklus kebangkitan, keemasan, puncak, krisis, dan kolaps. Dalam buku tersebut, ia menganalisis pola-pola tersebut dengan mencontohkan perjalanan Inggris, Belanda, dan China, serta memberikan saran bagi negara-negara untuk menghindari kebangkrutan, seperti menjaga keseimbangan ekonomi, stabilitas politik dan sosial, serta pengelolaan utang yang bijak.
Singkatnya, kesuksesan Dalio berakar pada pemahaman mendalamnya tentang pasar, manajemen risiko yang handal, dan kemampuannya dalam memprediksi tren ekonomi global. Kehadirannya di Indonesia, tentu saja, menyimpan potensi besar bagi perekonomian negara.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar