Haluannews Ekonomi – Kisah heroik pendirian Bank Negara Indonesia (BNI), bank pertama Republik Indonesia, menyimpan fakta menarik yang terhubung langsung dengan silsilah keluarga Presiden Prabowo Subianto. Margono Djojohadikusumo, kakek Prabowo, berperan kunci dalam perjuangan ekonomi bangsa ini di masa revolusi.

Related Post
Bersama Soerachman, Menteri Kemakmuran kala itu, Margono memiliki visi berbeda terkait bank sentral Indonesia. Margono, yang saat itu menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Agung, menganggap krusial membangun bank sentral dari kekuatan sendiri, terlepas dari warisan kolonial De Javasche Bank (DJB). Semangat nasionalisme membara mendorongnya untuk membangun institusi keuangan yang benar-benar milik rakyat Indonesia.

Berbeda dengan Soerachman yang lebih pragmatis. Ia menyarankan untuk menghidupkan kembali DJB, mengingat pengalaman dan sumber daya manusianya yang sudah teruji. Namun, kembalinya Belanda dan upaya mereka untuk menghidupkan kembali DJB sebagai bank sentral pada Januari 1946, mengubah segalanya. DJB yang hendak mencetak uang Belanda untuk mengacaukan ekonomi Indonesia, membuat gagasan Margono semakin relevan.
Dengan dukungan Sukarno dan Hatta, Margono bergerak cepat. Sejak September 1945, ia telah mengurus Yayasan Poesat Bank Indonesia dan mempersiapkan pendirian BNI. Pada 5 Juli 1946, Perpu No.2 tahun 1946 resmi mendirikan BNI sebagai bank sentral, sekaligus bank umum yang memberikan kredit, menerbitkan obligasi, dan menerima simpanan. Margono sendiri memimpin BNI, dengan modal yang dikumpulkan dari rakyat.
BNI tak hanya menjalankan fungsi perbankan, tetapi juga menjadi ujung tombak pertempuran ekonomi melawan DJB. Perang mata uang pun terjadi, dengan BNI menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI) untuk melawan uang NICA yang dikeluarkan DJB. Sayangnya, agresi militer Belanda membuat operasional BNI terhambat, banyak cabang ditutup, dan asetnya dirampas.
Setelah kemerdekaan Indonesia, BNI bangkit kembali. Namun, tugasnya sebagai bank sentral berakhir pada 1953, setelah pemerintah mengambil alih DJB dan membentuk Bank Indonesia. Pada 1968, BNI resmi kehilangan status bank sentral dan menjadi bank milik negara. Kisah BNI adalah bukti nyata perjuangan ekonomi Indonesia di masa revolusi, di mana peran Margono Djojohadikusumo, kakek Prabowo Subianto, tak terbantahkan.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar