Haluannews Ekonomi – Yusuff Ali, miliarder Muslim pemilik Lulu Hypermarket dengan kekayaan US$ 5,6 miliar (Rp 93,30 triliun) kini tengah menghadapi badai. Berbagai gerai Lulu Hypermarket di Indonesia dikabarkan akan segera tutup. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang strategi bisnisnya yang pernah sukses besar di Timur Tengah.

Related Post
Berdasarkan laporan Haluannews.id, sejumlah gerai Lulu Hypermarket terlihat sepi pengunjung. Rak-rak barang tampak kosong, banyak produk didiskon besar-besaran hingga 80%, dan sejumlah gerai bahkan disebut-sebut akan tutup pada 10 April 2025. Kondisi ini sangat kontras dengan kesuksesan Lulu Retail yang mengelola 240 hypermarket, supermarket, dan pusat belanja dengan pendapatan US$ 7,3 miliar.

Awalnya, Lulu Hypermarket yang didirikan Yusuff Ali di Abu Dhabi pada usia 34 tahun, berhasil merebut hati konsumen dengan menawarkan beragam produk berkualitas dengan harga kompetitif. Keberhasilan ini didorong oleh kesenjangan pasar ritel berkualitas yang melayani populasi ekspatriat yang besar di UEA saat itu. Yusuff Ali sendiri menyatakan inspirasi bisnisnya berasal dari Nabi Muhammad dan Mahatma Gandhi, menekankan kejujuran, keikhlasan, dan kepuasan pelanggan.
Namun, strategi yang sukses di Timur Tengah rupanya tak mampu di replikasi di Indonesia. Beberapa gerai Lulu Hypermarket di Indonesia tampak mengalami kesulitan, ditandai dengan program cuci gudang besar-besaran dan rak-rak yang kosong. Kondisi ini menimbulkan spekulasi tentang penyebab penutupan gerai tersebut, apakah karena faktor persaingan, strategi pemasaran yang kurang tepat, atau masalah internal lainnya. Kegagalan ini menjadi pelajaran berharga bagi pelaku bisnis, bahwa kesuksesan di satu pasar belum tentu bisa diulang di pasar lain. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara detail penyebab penurunan performa Lulu Hypermarket di Indonesia.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar