Haluannews Ekonomi – Bulan Januari selalu dinantikan pelaku pasar saham. Mengapa? Karena ada fenomena menarik yang disebut "Efek Januari", yaitu kecenderungan kenaikan pasar saham di bulan pertama tahun baru. Fenomena musiman ini, pertama kali diamati oleh bankir investasi Sidney B. Wachtel pada 1942, menawarkan peluang investasi yang menarik.
Related Post
Analis saham umumnya mengaitkan reli Januari dengan kembalinya investor yang memborong saham setelah melakukan "pembersihan" portofolio di akhir tahun sebelumnya. Penjelasan lain menyebutkan, investor memanfaatkan bonus dan dana yang terkumpul di akhir tahun untuk kembali berinvestasi di awal Januari.
Lalu, bagaimana memanfaatkan Efek Januari? Haluannews.id menemukan, Januari bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun, bagi yang ingin menambah saham perusahaan kecil—terutama yang performanya kurang baik di tahun sebelumnya—membeli saham tersebut di akhir Desember bisa jadi strategi lebih menguntungkan.
Penting diingat, Efek Januari tidak selalu terjadi setiap tahun dan dampaknya relatif kecil, rata-rata hanya sekitar 2%. Keuntungan ini bisa hilang jika terlalu banyak transaksi. Oleh karena itu, pemahaman tren ini penting untuk menyusun strategi investasi yang matang.
Efek Januari tampaknya tercermin pada penguatan IHSG kemarin, Kamis (2/1/2025), sebesar 1,18% ke posisi 7.163,21. Perdagangan IHSG ditransaksikan sebanyak 1.089.356 kali dengan volume 19,1 miliar saham senilai Rp 8,7 triliun. 316 saham menguat, 270 melemah, dan 210 stagnan. Saham-saham seperti PANI (+8,28%), MTEK (+4,73%), PJSK (+6,07%), dan BYAN (+2,1%) menjadi penopang utama. (frs/frs)
Tinggalkan komentar