Haluannews Ekonomi – Gelombang badai ekonomi global kian mengancam, tak terkecuali Indonesia. Investor kawakan Robert Kiyosaki, penulis buku laris ‘Rich Dad Poor Dad’, bahkan memprediksi datangnya depresi hebat. Dalam cuitannya di X pada 1 Desember 2024, Kiyosaki menyarankan strategi bertahan hidup di tengah badai ekonomi yang ia prediksi akan segera melanda.
Related Post
Kiyosaki, yang dikenal lantang mengkritik kebijakan pemerintah AS, menuding Gedung Putih, Departemen Keuangan AS, dan Federal Reserve sebagai dalang potensi krisis tersebut. Menurutnya, "Gedung Putih, Departemen Keuangan AS, dan Fed, kemungkinan depresi hebat berikutnya [terjadi]. Mungkin perang. Bagi jutaan orang, masa-masa sulit akan segera tiba," tulisnya. Sebagai solusi, Kiyosaki menyarankan pembelian emas, perak, dan Bitcoin (BTC) sebagai benteng pertahanan finansial. Ia menyebutnya sebagai "pertahanan terbaik" menghadapi potensi keruntuhan pasar.
"Bagi mereka yang memiliki pola pikir yang benar dan siap, Depresi Hebat berikutnya akan menjadi saat terbaik dalam hidup mereka. Mohon bersiap. Jaga diri kamu. Beli emas, perak, Bitcoin," tambahnya. Pernyataan ini selaras dengan pandangan Kiyosaki sebelumnya yang kerap mengkritik kebijakan ekonomi konvensional dan lembaga keuangan. Ia bahkan menyebut Federal Reserve sebagai "keluarga Adams" dan "kartun yang membunuh perekonomian," menyatakan ketidakpercayaan terhadap pengelolaan ekonomi yang dilakukan pemerintah.
Haluannews.id melansir dari Finbold, Kiyosaki menilai pemerintah kurang peduli terhadap rakyatnya. Ia menganjurkan kerja keras, pengeluaran bijak, dan investasi pada aset riil seperti emas, perak, dan Bitcoin sebagai langkah perlindungan diri. Kiyosaki juga dikenal sebagai kritikus tajam kebijakan keuangan konvensional dan penganjur pendidikan keuangan. Ia bahkan menyarankan untuk menghindari aset-aset investasi tradisional seperti uang kertas, saham, obligasi, reksa dana, dan ETF, yang menurutnya hanya akan menguntungkan kalangan kaya.
Peringatan Kiyosaki ini bukanlah hal baru. Ia konsisten menyarankan strategi investasi pada tiga kelas aset tersebut sebagai langkah antisipatif terhadap potensi krisis ekonomi. Menurutnya, investasi tradisional justru menjadi jebakan bagi kelas menengah yang bekerja keras namun tetap terjebak dalam siklus pendapatan yang rawan pajak dan tidak menjamin masa depan finansial.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar