Haluannews Ekonomi – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai bulan November dengan performa yang impresif. Pada awal perdagangan, indeks langsung melesat 0,5% dan terus menunjukkan tren positif.

Related Post
Hingga pukul 09.10 WIB, IHSG berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 1%, menembus level 8.250. Data pasar menunjukkan bahwa sebanyak 332 saham mengalami kenaikan, sementara 233 saham mengalami penurunan, dan 390 saham stagnan.

Aktivitas perdagangan juga cukup ramai, dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,93 triliun yang melibatkan 2,51 miliar saham dalam 238.300 kali transaksi. Kinerja positif ini juga berdampak pada kapitalisasi pasar yang kembali menembus angka psikologis Rp 15.000 triliun.
Namun, investor perlu waspada terhadap potensi koreksi yang mungkin terjadi di bulan November. Analisis historis menunjukkan bahwa pada tahun 2017 dan 2021, IHSG mengalami tren serupa dengan kenaikan dari Juli hingga Oktober, namun kemudian mengalami penurunan di bulan November sebelum kembali menguat di bulan Desember.
Pada tahun 2017 dan 2021, IHSG mencatatkan penurunan masing-masing sebesar 0,89% dan 0,87% di bulan November. Meskipun demikian, indeks kembali menguat di bulan Desember dengan kenaikan masing-masing sebesar 6,78% dan 0,73%, didorong oleh fenomena window dressing.
Memasuki minggu pertama November, pasar akan fokus pada rilis data ekonomi penting, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, perhatian utama tertuju pada data inflasi Oktober, PMI manufaktur, neraca perdagangan, serta pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari Rabu (5/11/2025).
Data-data tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai arah pemulihan ekonomi nasional menjelang akhir tahun. Selain itu, data ini juga akan menjadi pertimbangan penting bagi Bank Indonesia (BI) dalam menentukan kebijakan moneter di sisa tahun 2025.
Selain data ekonomi, sentimen lain yang berpotensi mempengaruhi volatilitas IHSG adalah pengumuman tinjauan reguler (Index Review) oleh MSCI pada tanggal 5 November 2025. Perubahan konstituen yang diumumkan akan berlaku efektif pada 25 November 2025. Periode menjelang pengumuman dan hari efektif berpotensi menjadi momen volatilitas bagi saham-saham yang menjadi kandidat masuk atau keluar indeks.
Beberapa saham Indonesia yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat untuk masuk atau naik kelas dalam indeks MSCI adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Sementara itu, saham-saham seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofood CBP Sukses Makulah Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) disebut berisiko keluar atau turun kelas dalam indeks MSCI.
Editor: Rohman










Tinggalkan komentar