Haluannews Ekonomi – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menukik tajam pada pembukaan perdagangan Selasa (18/3/2025), ambles lebih dari 1% dan berada di zona merah. Dalam sepuluh menit pertama, IHSG terpantau di posisi 6.394,87, atau merosot 1,19% (-77 poin). Nilai transaksi mencapai Rp 984 miliar dengan 1,37 miliar saham diperdagangkan sebanyak 97.588 kali. Dari 464 saham yang diperdagangkan, 186 saham menguat, 199 melemah, dan sisanya stagnan.

Related Post
Secara sektoral, mayoritas mengalami koreksi, kecuali sektor transportasi yang mencatatkan kenaikan tipis 0,13%. Emiten teknologi raksasa DCII dan sejumlah emiten perbankan menjadi penekan utama kinerja IHSG hari ini.

Pergerakan pasar hari ini cenderung wait and see, menanti sejumlah data domestik dan global. Di dalam negeri, hari ini merupakan hari pertama dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) selama dua hari, yang akan diiringi lelang Surat Utang Negara (SUN). Sementara itu, secara global, bank sentral Inggris dan Amerika Serikat (AS) juga memulai rapat untuk menentukan suku bunga acuan.
Sentimen pasar turut dipengaruhi oleh rilis data neraca dagang Februari 2025 yang menunjukkan surplus US$ 3,12 miliar, menandai surplus ke-58 berturut-turut. Meskipun ekspor naik 2,58% menjadi US$ 21,98 miliar, impor juga meningkat 5,18% menjadi US$ 18,86 miliar. Yang mengejutkan, impor barang konsumsi justru turun menjadi US$ 1,47 miliar dari US$ 1,64 miliar di Januari, menunjukkan potensi pelemahan daya beli masyarakat, terutama menjelang Ramadan. Data Mandiri Spending Index (MSI) yang menunjukkan perlambatan belanja masyarakat menjelang Ramadan semakin memperkuat kekhawatiran ini.
RDG BI yang berlangsung dua hari, akan menentukan kebijakan moneter terkini dan mencermati langkah stabilisasi nilai tukar rupiah. Analis memprediksi kemungkinan pemangkasan suku bunga atau penahanan BI rate. Sementara itu, lelang SUN dengan target indikatif Rp 26 triliun juga menjadi sorotan, mengingat yield obligasi acuan RI yang terus naik dan defisit APBN awal tahun.
Menjelang pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR), pemerintah telah mencairkan THR ASN dan mengeluarkan Surat Edaran (SE) untuk sektor swasta, BUMN, dan BUMD. THR diharapkan menjadi pengungkit konsumsi, terutama di sektor transportasi, barang konsumsi, dan ritel.
Survei Economic Experts Survey LPEM FEB UI menunjukkan mayoritas ahli (55%) menilai kondisi ekonomi memburuk dibandingkan tiga bulan lalu. Mayoritas juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi periode berikutnya akan lebih rendah.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar