Haluannews Ekonomi – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas 1,22% atau 81 poin ke level 6.566,2 pada pembukaan perdagangan Jumat (14/3/2025). Anjloknya IHSG ini langsung menjadi sorotan pelaku pasar. Para analis kompak menyebut defisit APBN dan sentimen global sebagai penyebab utama.

Related Post
Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, mengungkapkan bahwa tekanan di pasar modal Indonesia berasal dari faktor domestik dan global. Dari sisi domestik, data APBN Februari yang mencatat defisit Rp 31 triliun menjadi perhatian utama. "Defisit APBN Februari menunjukkan penurunan penerimaan yang signifikan," ujarnya kepada Haluannews.id. Penurunan ini, menurut Nafan, mengindikasikan perlambatan ekonomi. Pendapatan negara hingga akhir Februari 2025 hanya mencapai Rp316,9 triliun, sementara belanja negara mencapai Rp348,1 triliun. Lebih memprihatinkan lagi, pendapatan pajak ambruk hingga 30% dibandingkan tahun lalu.

Faktor eksternal juga ikut berperan. Nafan menunjuk potensi "trade war 2.0" yang diinisiasi Presiden AS Donald Trump dengan rencana penerapan tarif 200% untuk produk alkohol Eropa. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang menyentuh Rp 16.045 juga menambah ketidakpastian di pasar. "Situasi ini membuat pelaku pasar cenderung wait and see, apalagi ini hari Jumat," tambahnya.
Senada dengan Nafan, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, juga menyoroti data APBN yang buruk. "Penurunan pendapatan negara sebesar 20,85%, dengan penerimaan pajak turun 30,19%, sangat mengkhawatirkan," tegasnya. Ia menambahkan, meningkatnya perang tarif antara Amerika dan Eropa, serta tensi geopolitik antara Rusia, semakin memperburuk situasi. "Meskipun pasar saham Asia cenderung naik, IHSG kita justru mengalami penurunan," pungkasnya. Kondisi ini tentu menjadi sinyal peringatan bagi investor dan pemerintah untuk segera melakukan langkah-langkah strategis.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar