Haluannews Ekonomi – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk pada perdagangan Selasa (25/2/2025), anjlok 2,41% ke level 6.587,09. Penurunan ini membuat bursa Indonesia menjadi yang terburuk di kawasan Asia Pasifik, mengalahkan kinerja bursa-bursa lain yang mayoritas juga berada di zona merah. Hanya bursa saham India yang mencatatkan penguatan sebesar 0,28%. Nilai transaksi mencapai Rp 11,74 triliun dengan volume 21,23 miliar saham yang diperdagangkan dalam 1,25 juta kali transaksi.

Related Post
Seluruh sektor saham memerah. Real estat memimpin penurunan dengan koreksi 3,54%, disusul bahan baku (2,78%), konsumer non-primer (3,36%), utilitas (2,69%), energi (2,24%), konsumer primer (2,53%), finansial (1,61%), teknologi (1,83%), kesehatan (1,02%), dan industri (0,58%). Emiten BUMN menjadi penekan utama, dengan BBRI berkontribusi 18,44 poin indeks, BMRI 13,85 poin, dan TLKM 16,20 poin. Penurunan ini terjadi sehari setelah peluncuran Danantara, badan pengelola investasi baru yang memasukkan ketiga emiten tersebut dalam portofolio awal asetnya.

Anjloknya IHSG dipicu oleh beberapa faktor. Dari eksternal, pernyataan Presiden Donald Trump tentang kelanjutan tarif impor besar-besaran AS terhadap Kanada dan Meksiko menambah ketidakpastian global. Di sisi lain, Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia di indeks MSCI dari equal-weight menjadi underweight, mengingat melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi domestik dan tekanan pada profitabilitas perusahaan di sektor siklikal. Morgan Stanley juga menyoroti pergeseran tren return on equity (ROE) yang kini lebih menguntungkan China.
Faktor internal juga berperan. Pelaku pasar masih mencermati perkembangan Danantara dan bersikap wait and see terkait peluncuran bank emas yang direncanakan pada Rabu (26/2/2025). Meskipun Danantara diproyeksikan memiliki dana kelolaan lebih dari US$ 900 miliar, kehadirannya juga menimbulkan kekhawatiran karena empat dari tujuh BUMN yang tergabung merupakan perusahaan publik. Ketidakpastian bagaimana Danantara akan mengelola BUMN-BUMN tersebut turut menekan sentimen pasar. Situasi ini menggambarkan kompleksitas tantangan yang dihadapi pasar modal Indonesia saat ini.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar