Haluannews Ekonomi – Akhir pekan ini menjadi mimpi buruk bagi investor. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka merah menyala pada perdagangan Jumat (14/3/2025), anjlok lebih dari 1%. Dua menit setelah pembukaan, IHSG langsung terjun bebas 1,22% atau 81 poin ke level 6.566,2, dengan nilai transaksi mencapai Rp 528,2 miliar. Dari 407 saham yang diperdagangkan, 149 saham menguat, 156 melemah, dan sisanya stagnan.

Related Post
Hampir seluruh sektor saham tertekan. Sektor teknologi menjadi korban terparah, ambruk hingga 7,34%. Penurunan ini didorong oleh anjloknya saham DCI Indonesia (DCII) sebesar 20% ke level 180.925. Padahal, saham DCII sebelumnya mengalami reli panjang dan kenaikan harian yang konsisten menyentuh auto reject atas (ARA). Kenaikan signifikan saham DCII sepanjang tahun ini bahkan mencapai lebih dari 300%, dipicu oleh pernyataan Toto Sugiri terkait rencana stock split.

Sektor perbankan juga ikut membebani IHSG. Saham BBCA misalnya, turun 0,84% ke level 8.925, berkontribusi 6,51 poin terhadap penurunan indeks.
Anjloknya IHSG tak lepas dari pengumuman pemerintah terkait realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Februari 2025 yang mencatat defisit Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ini merupakan defisit pertama dalam empat tahun terakhir. Meskipun pendapatan negara mencapai Rp316,9 triliun, didominasi pajak (Rp187,8 triliun) dan bea cukai (Rp52,6 triliun), belanja negara mencapai Rp348,1 triliun.
Defisit APBN ini menunjukkan ketergantungan Indonesia pada harga komoditas, yang sebelumnya memberikan berkah ekonomi sejak 2022 pasca-konflik Rusia-Ukraina. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran di pasar modal.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar