Haluannews Ekonomi – Pasca libur Lebaran, rupiah kembali tertekan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka pada posisi Rp 16.850/US$, melemah 1,78% berdasarkan data Refinitiv. Kondisi ini bahkan lebih buruk dari prediksi pasar. Data dari Dolarindo Money Changer pukul 09.50 WIB menunjukkan angka yang lebih tinggi lagi, yakni Rp 16.895/US$ untuk harga beli dan Rp 16.835/US$ untuk harga jual. Pelemahan ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah, bahkan melampaui level intraday Rp 16.800/US$ pada krisis 1998.

Related Post
Perlu diingat, penutupan perdagangan pada 27 Maret 2025 lalu menunjukkan penguatan rupiah sebesar 0,12%. Artinya, pelemahan yang terjadi hari ini cukup signifikan dan mengejutkan pelaku pasar. Analis menilai, beberapa faktor turut berperan dalam pelemahan ini, salah satunya adalah dampak kebijakan tarif Trump yang memicu ketidakpastian global dan perang dagang. Ketidakpastian ini membuat investor asing cenderung meninggalkan pasar keuangan Indonesia, meningkatkan gejolak eksternal dan membuat Indonesia menjadi salah satu korban perang dagang era Presiden AS Donald Trump. Dampaknya, rupiah pun tertekan cukup dalam.

Kondisi ini tentu menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan Bank Indonesia. Langkah-langkah antisipatif perlu segera diambil untuk meredam gejolak dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Ke depan, perlu strategi yang lebih terukur untuk menghadapi potensi guncangan ekonomi global, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan proteksionis negara-negara besar.
Editor: Rohman
Tinggalkan komentar