Haluannews Ekonomi – Kabar mengejutkan mengguncang jagat bisnis kuliner Tanah Air. Grup Djarum dikabarkan akan mengakuisisi 85% saham Bakmi GM dengan nilai fantastis mencapai Rp 2,1 triliun. Jika kabar ini terbukti benar, maka akuisisi ini akan menambah panjang portofolio bisnis Djarum yang sudah merambah sektor rokok, finansial, hingga ritel.

Related Post
Menanggapi isu hangat tersebut, Corporate Communications Manager PT Djarum, Budi Darmawan, memilih untuk tidak memberikan konfirmasi langsung. Ia mengarahkan Haluannews.id untuk menghubungi pihak PT Griya Mie Sejati, perusahaan induk Bakmi GM. "Mengenai Bakmi GM, hal tersebut silakan ditanyakan ke Bakmi GM," ujar Budi.

Berdiri sejak 1959 atas tangan sepasang suami istri, Tjhai Sioe dan Loei Kwai Fong, Bakmi GM—yang awalnya bernama Bakmi Gajah Mada—telah menjelma menjadi ikon kuliner Jakarta. Perjalanan panjangnya dimulai dari sebuah warung sederhana di Jalan Gajah Mada 77, Jakarta Pusat. Ekspansi pun dilakukan, mulai dari kios di Melawai (1971), cabang di Jalan Sunda, hingga menguasai pusat perbelanjaan seperti Pondok Indah Mall. Pada era 1990-an, Bakmi GM melebarkan sayapnya dengan sistem waralaba.
Kini, warisan Tjhai Sioe dan Loei Kwai Fong telah berkembang pesat. Outlet-outlet Bakmi GM tersebar luas di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Bali, melayani lebih dari 30.000 pelanggan setiap harinya. Dengan harga rata-rata per porsi Rp 30.000 hingga Rp 50.000, perkiraan omzet harian Bakmi GM mencapai Rp 1 miliar hingga Rp 1,5 miliar. Angka yang sangat menggiurkan bagi investor besar seperti Grup Djarum.
Grup Djarum sendiri merupakan salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia, dikomandoi oleh Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono. Kekayaan mereka tidak hanya bersumber dari bisnis rokok, namun juga dari kepemilikan saham mayoritas di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melalui PT Dwimuria Investama Andalan. Akankah akuisisi ini benar-benar terjadi dan melahirkan miliarder baru? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.










Tinggalkan komentar