ATM Bank RI Sepi, Nasabah Kabur ke Mana?

ATM Bank RI Sepi, Nasabah Kabur ke Mana?

Haluannews Ekonomi – Tren mengejutkan melanda industri perbankan Indonesia: penutupan massal Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Laporan Surveillance Perbankan Indonesia dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan penurunan signifikan jumlah mesin ATM di berbagai wilayah. Pada Triwulan IV-2023, jaringan kantor bank umum konvensional (BUK) menyusut 4.676 unit, menyisakan 115.539 unit. Lebih mengejutkan lagi, jumlah terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM), yang mencapai 92.829 unit di tahun sebelumnya, merosot menjadi 91.197 unit pada Triwulan II-2024. Ini penurunan sebesar 319 unit dari periode sebelumnya.

COLLABMEDIANET

Arianto Muditomo, pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran, menjelaskan fenomena ini sebagai pergeseran perilaku nasabah. Transaksi digital melalui mobile banking dan aplikasi semakin diminati, sementara biaya investasi dan perawatan ATM yang tinggi menjadi beban bagi perbankan. Nasabah pun lebih nyaman bertransaksi secara digital. "Penurunan jumlah mesin ATM adalah fenomena kompleks," ujar Arianto kepada Haluannews.id, "dengan alasan logis dan strategis baik dari sisi bank maupun nasabah." Kendati demikian, ATM tetap penting, terutama di daerah dengan akses internet terbatas. Arianto menekankan perlunya inovasi dan adaptasi bank untuk menyediakan layanan ATM yang aman dan mudah diakses.

ATM Bank RI Sepi, Nasabah Kabur ke Mana?
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Strategi adaptasi pun beragam. BRI, misalnya, menutup beberapa kantor cabang dan mengalihkan layanan ke agen BRILink yang tersebar luas. Direktur Utama BRI, Sunarso, menyebut ini sebagai BRIvolution 2.0, bagian dari transformasi digital BRI untuk menjadi "the most valuable banking group in Southeast Asia and champion of financial inclusion". Sunarso menjelaskan bahwa riset BRI menunjukkan preferensi masyarakat terhadap layanan perbankan melalui agen, menunjukkan kebutuhan akan kehadiran fisik dan sentuhan personal. Jumlah agen BRILink pun meningkat drastis dari 75.000 di tahun 2015 menjadi 1.022.000 di tahun ini.

Bank Negara Indonesia (BNI) juga melakukan rasionalisasi kantor cabang karena perubahan perilaku masyarakat pasca pandemi Covid-19. Direktur Networks & Services BNI, Ronny Venir, menjelaskan bahwa transaksi digital semakin dominan, mengurangi kebutuhan akan layanan fisik di cabang.

Kesimpulannya, tren penutupan ATM mencerminkan pergeseran lanskap perbankan Indonesia menuju era digital. Meskipun demikian, tantangan tetap ada dalam memastikan akses layanan perbankan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama di daerah terpencil.

Editor: Rohman

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar