Anjloknya Penjualan Emiten Unggas & Sapi: Benarkah Daya Beli Masyarakat Jeblok?

Anjloknya Penjualan Emiten Unggas & Sapi: Benarkah Daya Beli Masyarakat Jeblok?

Haluannews Ekonomi – Kinerja dua emiten besar di sektor peternakan, PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) dan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP), tengah terpuruk. Haluannews.id mencatat penurunan drastis pada pendapatan keduanya hingga September 2024, mengindikasikan dampak signifikan dari melemahnya daya beli masyarakat.

COLLABMEDIANET

WMUU, misalnya, mengalami penurunan pendapatan hingga 92% menjadi Rp 238,7 miliar pada September 2024 dibandingkan Rp 3,09 triliun pada akhir 2021. Penurunan ini terutama disebabkan oleh anjloknya penjualan karkas ayam, yang berkontribusi besar pada pendapatan perusahaan. Meskipun penjualan telur meningkat signifikan (580,6%), hal tersebut tak cukup untuk mengimbangi penurunan tajam pada penjualan ayam broiler, pakan, ayam umur sehari, dan karkas ayam lainnya (antara 50-95%). Manajemen WMUU menjelaskan, penurunan kapasitas pemotongan Rumah Potong Ayam (RPA) sejak 2023 turut berkontribusi. Lebih lanjut, melemahnya daya beli masyarakat memaksa konsumen beralih ke sumber protein yang lebih terjangkau.

Anjloknya Penjualan Emiten Unggas & Sapi: Benarkah Daya Beli Masyarakat Jeblok?
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Kondisi serupa juga dialami WMPP. Pendapatan perusahaan anjlok 59,21% pada September 2024 dibandingkan Desember 2023. Tren penurunan ini telah berlangsung selama tiga tahun terakhir. Penjualan sapi menjadi sorotan, mengalami penurunan hingga 87,13% menjadi Rp 41,47 miliar pada periode yang sama. Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sejak pertengahan 2022 menjadi faktor utama penurunan ini, mengakibatkan penurunan persediaan sapi dan minat konsumsi daging sapi.

Secara keseluruhan, kedua perusahaan mengalami dampak signifikan dari kondisi makroekonomi yang belum pulih sepenuhnya pasca pandemi Covid-19. Data ekonomi menunjukkan daya beli masyarakat masih rendah, diperparah dengan tantangan lain di industri peternakan seperti wabah penyakit dan fluktuasi harga pakan ternak. Kedua perusahaan menyatakan tengah berupaya melakukan efisiensi dan meningkatkan utilisasi fasilitas produksi untuk menghadapi tantangan ini. Pertanyaan besarnya adalah, seberapa dalam sebenarnya penurunan daya beli masyarakat dan bagaimana dampaknya terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya?

Editor: Rohman

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar